Dumai (ANTARA News) - Seorang jurnalis muda sangat butuh pelatihan dini tentang etika, dan dalam tugas peliputan seorang jurnalis sangat rentan dimanfaatkan pihak-pihak tertentu, kata Budi Setiyono.

Hal demikian merupakan polemik dari profesi seorang pencari berita dan dapat disikapi dengan pengetahuan yang memadai, kata pengamat bidang jurnalistik ini pada pelatihan jurnalisme yang digelar PT Chevron Pasifik Indonesia (CPI) di Kota Dumai, Riau, Kamis.

"Namun yang parahnya, pada masa demokrasi saat ini justru sebaliknya. Kebanyakan wartawan justru kehilangan kendali dalam mengontrol kebebasannya sehingga kerap menyajikan sebuah pemberitaan yang menyesatkan. Untuk itu, seorang wartawan membutuhkan bekal ilmu etika agar tidak terjerumus," ujarnya.

Etika menurut pria yang senang disapa Buset ini merupakan fasilitas vital yang tidak hanya harus dipahami namun juga untuk dijalankan sebagaimana mestinya.

"Jika seorang jurnalis atau pewarta tidak menjalankan etika dengan sebaik-baiknya, maka dikhawatirkan dapat menimbulkan polemik tidak hanya untuk dirinya atau media yang disandangnya, namun juga terhadap masyarakat luas," papar dia yang juga seorang pembina di Yayasan Pantau, Jakarta.

Hal itu, menurut dia, dikarenakan media sebagai penyampai informasi harus menyajikan sesuatu yang benar dan beretika sehingga pembaca dapat dengan baik mencerna dan mengartikan sebuah karya tersebut.

Dalam penyampaian pentingnya pelatihan dini etika jurnalis itu, puluhan pewarta dari berbagai media cetak dan online lokal serta nasional yang hadir siang itu menanggapi dengan baik.

Hal itu seperti yang disampaikan Nurdianto Da`ci. Seorang reporter dari media lokal Dumai ini mengaku telah mendapatkan ilmu yang sangat berharga atas acara tersebut dan berjanji akan menjalani etika yang disebutkan dalam tugasnya selaku kontrol sosial.

"Bagi saya etika seorang jurnalis sangat penting untuk saya agar dapat terhindar dari hal-hal yang merugikan baik pribadi dan masyarakat luas," katanya.  (FZR/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010