Singapura (ANTARA News) - Cukupkah hanya mengandalkan bakat dan talenta individual untuk mencetak atlet handal nasional agar bisa berprestasi gemilang, tanpa harus bekerja keras membina atlet muda itu sejak dini?

Ternyata keberadaan sekolah olahraga di suatu daerah atau negara diharapkan dapat berperan mendorong kemunculan atlet handal melalui pendidikan dan pembinaan sejak dini, termasuk memadukan bakat dan talenta dengan dukungan pembinaan prestasi secara berjenjang dan berkelanjutan.

Saat ini prestasi olahraga di Indonesia cenderung menurun, dan menjadi kurang diperhitungkan dalam kancah persaingan dengan atlet dunia, termasuk pada cabang bulu tangkis yang pernah merajai dunia, dan sepak bola yang merupakan olahraga paling populer di negeri ini dan di dunia.

Pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, Indonesia hanya menjadi penonton, setelah kesebelasannya tak mampu mencapai prestasi agar bisa tampil dalam ajang bergengsi itu.

Begitu pula dalam bulu tangkis, kendati para pemain Indonesia masih bisa menembus prestasi puncak pada sejumlah kejuaraan internasional, namun belum sebaik sebelumnya yang konstan dan konsisten prestasinya baik di nomor putra maupun putri.

Mencontoh pada keberhasilan negara tetangga, Singapura yang kini termasuk negara yang disegani di Asia Tenggara dan Asia atas prestasi olahraganya yang semakin meningkat akhir-akhir ini.

Singapura memiliki atlet handal dan berprestasi pada sejumlah cabang olahraga bergengsi di negaranya mancanegara.

Negeri kecil tapi kemampuan ekonominya kuat dan berpengaruh di Asia ini, juga berhasil menggapai prestasi di berbagai kompetisi dan kejuaraan pada tingkat Asia Tenggara maupun Asia, dan dunia.

Belajar dari prestasi tersebut, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), untuk mendukung kesiapan menjadi tuan rumah pelaksanaan SEA Games (Pesta Olahraga Asia Tenggara) ke-26 tahun 2011 di Palembang, melakukan studi banding ke Singapore Sports School (SSS) atau Sekolah Olahraga Singapura pada 13-15 Juli 2010.

Rombongan Pemprov Sumsel dipimpin Plt Kepala Biro Humas dan Protokol, Robby Kurniawan, Wakil Sekretaris KONI Sumsel, Dhenie Zainal, Kabiro Humas KONI Sumsel, Riduan Tumenggung, sejumlah staf Humas dan Protokol Pemprov Sumsel, beberapa pemimpin redaksi media massa di Sumsel, dan sejumlah wartawan olahraga.


Cetak Atlet Berprestasi

Pimpinan (Kepala Sekolah) Singapore Sports School (SSS), Deborah Tan, didampingi para direktur dan staf, termasuk sejumlah pengajar dan pelatih menyambut delegasi Sumsel di depan sekolah yang berdiri 2 April 2004, namun telah berhasil mencetak atlet berprestasi.

Atlet dari sekolah ini, antara lain berhasil menggapai gelar pada lima kejuaraan dunia, menjadi peserta dalam Olimpiade Beijing tahun 2008, meraih dua medali emas pada Asian Games, satu medali emas Kejuaraan Persemakmuran, meraih 23 emas, 18 perak, dan 9 perunggu pada ajang SEA Games.

Masih banyak prestasi pada kejuaraan dunia, Asia Tenggara, Asia, termasuk pada kejuaraan tingkat yunior, dan meraih sejumlah gelar kejuaraan nasional beserta pemegang rekor nasional berbagai cabang olahraga di daerahnya.

Tao Li, atlet asal SSS merupakan pemegang rekor Asia pada cabang renang gaya kupu-kupu wanita tahun 2008, dan Sherman Cheng, peraih medali emas cabang layar pada Asian Games.

Menurut Deborah Tan, Kepsek SSS itu, sekolah olahraga ini memadukan kemampuan akademik untuk mendukung prestasi pelajar dan atlet Negeri Singa itu, misi utama mereka adalah mencetak atlet juara yang berkarakter ("Learned Champions with Character").

Kampus sekolah yang siswanya kini harus melaksanakan kurikulum pendidikan berlangsung selama 6-7 tahun dari semula hanya empat tahun, mengembangkan sembilan cabang olahraga utama, yaitu renang, bulu tangkis, tenis meja, menembak, boling, atletik, sepak bola, netball (semacam bola basket), senam, dan beberapa cabang olahraga seperti triatlon.

Fasilitas untuk semua cabang olahraga itu terlihat sangat lengkap berada pada areal seluas tujuh hektare, antara lain kolam renang berstandard internasional (olimpiade), dengan dukungan kurikulum dan pengajar serta pelatih yang handal.

Padahal untuk mendirikan sekolah ini, perlu perjuangan panjang sejak tahun 1990, melalui pembahasan bersama oleh semacam KONI-nya Singapura, dengan kementerian terkait di negara itu, serta melibatkan kalangan organisasi cabang olahraga setempat.

Sejumlah pejabat terkait juga harus melakukan studi banding mengunjungi sekolah olahraga di Malaysia, Thailand, dan Hongkong.

Setelah itu, sejumlah upaya dijalankan, termasuk membuat perencanaan sekolah olahraga di yang akan dibangun, menyiapkan infrastruktur serta pengorganisasiannya.

Tim pelaksananya mulai bekerja tahun 2001 hingga 2002, sampai pada 18 Maret 2002 berhasil membuat model arsitektur SSS yang diinginkan bersama.

Rencana yang disepakati itu, akhirnya dijalankan melalui pembangunan sarana dan prasarana SSS di lokasi yang ditentukan.

Bersamaan itu pula, mulai diseleksi para calon siswa, dari sekitar 150 pelamar masuk menjadi hanya 141 siswa baru SSS pertama yang memulai pendidikan mereka pada 5 Januari 2004.

Sekolah ini baru diresmikan pada 2 April 2004 melalui acara seremonial yang dihadiri oleh PM Singapura, Goh Chok Tong.

Sejak itulah, para siswa SSS bersama guru pembimbing dan pelatih serta pimpinan sekolah berupaya mewujudkan visi dan misi mereka, antara lain untuk mengembangkan kemampuan siswanya secara unggul agar dapat menjadi atlet yang bisa menggapai reputasi dan prestasi internasional.

Misi SSS adalah mencetak atlet juara yang berkarakter, melalui pengembangan pendidikan atlet muda berkelas dunia, pendekatan akademik yang memadai, penguatan karakter, dan pengorganisasian yang kuat dan handal.

Kini SSS yang berlogo sepasang sayap berwarna merah dan kuning ini, terus akan mengepakkan sayapnya, mendorong kemunculan para atlet muda yang kelak akan menggapai prestasi dunia untuk kebanggaan negaranya.


Asal Indonesia

Sejumlah mantan atlet bulu tangkis asal Indonesia ikut membina siswa SSS, antara lain Basri Yusuf yang kini menjadi kepala pelatih akademi bulu tangkis sekolah ini.

Atlet bulu tangkis nasional Indonesia, Ronald Susilo, kini juga menjadi pelatih di sekolah ini.

"Saya sekarang melatih di sini setelah tidak aktif lagi sebagai pemain," ujar Ronald, saat dikunjungi sedang melatih belasan siswa sekolah itu.

Basri Yusuf juga menegaskan, dia sejak awal sekolah olahraga ini berdiri telah ikut bergabung untuk melatih bulu tangkis di sini.

"Saya tetap warga negara Indonesia, dan bersedia melatih di sini untuk mengoptimalkan ilmu dan pengalaman yang pernah saya miliki," kata dia lagi.

Menurut salah satu direktur di SSS, Chua Choon Seng, kini dengan sekitar 300 siswa di sekolah ini, di antaranya berhasil menjadi atlet yang berprestasi secara nasional dan internasional.

Selain belajar dari Malaysia, Thailand, dan Hongkong, ternyata Singapura juga belajar dari Sekolah Olahraga Ragunan di Jakarta untuk mengembangkan atlet berprestasi secara utuh sejak usia dini di negaranya.

Kepsek SSS, Deborah Tan, didampingi beberapa direktur dan stafnya, mengakui sekolah itu telah belajar pula dari sekolah serupa yang lebih dulu ada di Ragunan, Indonesia.

"Kami juga mengambil ilmu dari Sekolah Olahraga Ragunan di Jakarta yang terkenal di Asia Tenggara itu," kata Deborah.

SSS, menurut dia, juga menerima siswa dari negara lain, dan menarik pengajar maupun pelatih olahraga tertentu dari negara lain, termasuk Indonesia untuk pelatih bulu tangki.

Menurut Basri Yusuf, Kepala pelatih Akademi Bulu Tangkis SSS, seharusnya Indonesia dapat terus mengembangkan sekolah olahraga serupa Ragunan itu, termasuk di daerah-daerah untuk mendukung peningkatan prestasi atlet olahraga di tingkat internasional.

Basri menilai sampai saat ini Indonesia cenderung mengabaikan pembinaan prestasi secara terpadu atlet sejak usia dini, antara lain melalui sekolah olahraga yang ada.

Para atlet dari sekolah olahraga di Indonesia, menurut dia, seharusnya terus dibina dan dipantau dengan peran pemerintah di dalamnya.

"Jangan sepenuhnya menyerahkan atlet pelajar yang berprestasi hanya kepada klub masing-masing. Pembinaan dan pemantauan oleh pemerintah mesti terus dijalankan, sehingga prestasi atlet pelajar itu terus meningkat," kata dia.

Basri menyatakan saat ini Indonesia bisa cenderung semakin tertinggal dalam prestasi olahraga dengan negara lain termasuk Singapura yang kini semakin serius mengembangkan olahraga prestasi di negaranya, sampai mendatangkan pelatih dan pengajar dari negara lain yang dinilai berprestasi internasional pada cabang olahraga tertentu.

Menurut Plt Kabiro Humas dan Protokol Pemprov Sumsel, Robby Kurniawan, daerahnya berencana menghidupkan dan mengembangkan kembali sekolah olahraga di Sumsel untuk mendorong daerah itu bisa memberikan kontribusi atlet berprestasi di tingkat nasional dan internasional.

Wakil Sekretaris KONI Sumsel, Dhenie Zainal, membenarkan bahwa Pemprov Sumsel melalui Gubernur H Alex Noerdin akan mengembangkan sekolah olahraga yang baik di daerahnya.

"KONI Sumsel mendukung pengembangan sekolah olahraga itu, antara lain dengan membenahi dan menghidupkan lagi sekolah olahraga yang ada namun belum optimal menjalankan tugas dan fungsinya untuk mencetak atlet berpestasi dari Sumsel," kata dia.

Kota Palembang, Sumsel, telah ditetapkan menjadi tempat pembukaan dan penutupan pelaksanaan SEA Games ke-26 tahun 2011 yang siap digelar di Indonesia, bersama satu daerah lain sebagai penyelenggara pertandingan yang belum secara resmi ditetapkan.

Setelah Rapat Kabinet Terbatas, di Jakarta, Selasa (20/7), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan Sumsel sebagai penyelenggara sekaligus tempat pembukaan dan penutupan SEA Games ke-26 itu, karena Sumsel dinilai paling siap dibandingkan beberapa daerah lain.

"Ini adalah pekerjaan kita semua, bukan hanya tugas Gubernur Sumsel, bukan hanya tugas Menpora dan KONI saja. Kita bisa memetik pelajaran dan pengalaman dari negara-negara lain menjadi tuan rumah," ujar Presiden SBY pula.

Gubernur Sumsel, H Alex Noerdin, menyatakan bahwa daerahnya siap menjadi tuan rumah pembukaan dan penutupan SEA Games tahun 2011, karena tersedia sejumlah fasilitas olahraga berstandar internasional yang diperlukan.

"Sumsel siap menjadi tuan rumah pembukaan dan penutupan SEA Games tahun 2011," kata Alex Noerdin menegaskan pula.

Diharapkan, pelajaran dari keberhasilan Laos menjadi tuan rumah SEA Games, dan juga keberhasilan Singapore Sports School menyumbangkan atlet berprestasi, dapat dipetik pelajarannya oleh Provinsi Sumsel sehingga bisa sukses sebagai tuan rumah.

Sukses Sumsel itu, seharusnya diikuti pula oleh kesuksesan atlet Indonesia serta keberhasilan penyelenggaraan yang membawa dampak bagi peningkatan ekonomi masyarakat daerah ini. (B014/K004)

Oleh Oleh Budisantoso Budiman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010