Srinagar, India (ANTARA News/AFP) - Pasukan keamanan menembakkan gas air mata ke arah demonstran yang melemparkan batu di Kashmir dalam protes menentang India yang berlangsung Jumat, kata polisi dan saksi.

Bentrokan baru itu terjadi di wilayah utara, Kupwara, dimana ratusan orang turun ke jalan dalam pembangkangan atas larangan keluar rumah. Polisi berusaha membubarkan massa dengan menggunakan pentungan dan tembakan gas air mata.

Bentrokan-bentrokan sporadis juga terjadi di kota utama Kashmir, Srinagar, dan kota-kota wilayah utara, Palhalan dan Baramulla.

Sebelumnya pasukan keamanan menutup daerah-daerah di Srinagar dengan kawat berduri.

"Tidak ada larangan keluar rumah, namun pembatasan ketat diberlakukan di sejumlah daerah sensitif Srinagar," kata polisi Pervez Ahmed.

Separatis muslim mendesak penduduk Kashmir berpawai ke sebuah tempat suci untuk melakukan protes, namun lokasi itu telah ditutup oleh polisi.

Kashmir yang berpenduduk muslim bergolak sejak seorang pelajar yang berusia 17 tahun tewas pada 11 Juni oleh tembakan gas air mata polisi.

Sejak itu pasukan keamanan dituduh membunuh 16 warga sipil lain, sebagian besar remaja, ketika mereka berusaha mengendalikan protes-protes anti-India.

Larangan keluar rumah diberlakukan di kawasan itu selama hampir enam pekan ini, sementara separatis menyerukan pemogokan yang membuat kondisi kehidupan semakin terganggu.

Demonstrasi anti-India meningkat tajam di Kashmir sejak kematian remaja itu pada 11 Juni.

Setiap kematian sejak 11 Juni menyulut kekerasan lebih lanjut meski telah ada seruan agar tenang dari Menteri Besar Kashmir Omar Abdullah. Pemuda dan remaja seringkali termasuk diantara demonstran yang melemparkan batu ke arah pasukan keamanan selama pawai.

Separatis Kashmir mengadakan pawai secara rutin, yang seringkali berbuntut kekerasan, sejak 2008. Puluhan pemrotes tewas dalam pawai sejak itu, sebagian besar akibat tembakan polisi.

Ketegangan di wilayah itu tinggi setelah polisi menuduh militer membunuh tiga warga sipil tidak berdosa pada April.

Militer semula menyatakan bahwa mereka membunuh tiga gerilyawan bersenjata namun kemudian memerintahkan penyelidikan dan mulai menindak dua perwira.

Kelompok Pengawas Hak Asasi Manusia mendesak India mengadili para prajurit yang dituduh membunuh tiga warga sipil dalam bentrokan rekayasa di wilayah Kashmir yang disengketakan.

Kekerasan di Kashmir turun setelah India dan Pakistan meluncurkan proses perdamaian yang bergerak lambat untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010