Bandarlampung (ANTARA News) - Penyakit kronis hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga penyakit yang juga penyebab utama serangan stroke itu, baru ditemukan saat pasien melakukan cek medis.

"Pemecahan masalah ini dapat dilakukan dengan melakukan deteksi dini atau pemeriksaan tekanan darah secara rutin, serta melakukan cek medis dan menjalani pola hidup sehat," kata dokter spesialis saraf RS Imanuel, dr Ruth Mariva SpS, menanggapi pertanyaan di Bandarlampung, Minggu.

Berkaitan itu, ia menganjurkan bagi mereka yang berusia di atas 40 tahun, sebaiknya melakukan cek medis sekali setahun atau minimal sekali dalam tiga tahun.

Menurut dia, hipertensi termasuk satu penyakit kronis yang sering ditemukan dan menyerang jantung, ginjal, otak, dan mata.

"Hipertensi juga termasuk penyebab utama stroke," katanya.

Hipertensi itu secara umum adalah tekanan darah yang terus menerus tinggi atau di atas tekanan darah normal. Karena kebanyakan tidak memberikan gejala, dan hanya kadang- kadang saja mengeluh sakit kepala atau tegang di bagian tengkuk sehingga penderita hipertensi jangan hanya minum obat bila gejala/keluhan timbul.

"Penderita tekanan darah di atas 200 mmHg pun bahkan sering tidak merasakan gejala apa pun," katanya.

Menurut dia, faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah faktor usia, ras, diet, jenis kelamin, keturunan, lingkungan, dan faktor kegemukan.

Di Amerika Serikat, hipertensi termasuk penyakit kronis yang paling sering terjadi. Di Indonesia juga diyakini hipertensi juga banyak ditemukan.

Ia mengatakan, hipertensi, terutama hipertensi primer, tidak dapat dihilangkan, hanya dapat dikendalikan. Karena itu, pasien harus minum obat teratur seumur hidup dan keberhasilan pengendalian hipertensi itu sangat tergantung pada kedisiplinan pasien itu sendiri.

Khusus bagi mereka yang berusia lanjut, sangat rentan mengalami penyakit kronis, kepikunan dan terkena serangan stroke. Di Indonesia penduduk lansia tahun 2020 diperkirakan mencapai 28 juta jiwa.

Dalam seminar umum "Hidup Berkualitas Di Usia Senja" yang digelar RS Imanuel di Bandarlampung, Sabtu (25/7), dokter Ruth menyebutkan stroke dapat dicegah dengan mengontrol faktor risikonya yang ada pada seseorang.

Faktor risiko stroke yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga, umur, jenis kelamin dan ras, serta faktor yang dapat diubah seperti medis dan gaya hidup. Faktor risiko yang dapat diubah seperti darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, kolestrol, asam urat, kegemukan, kebiasaan merokok, kurang berolahraga dan kelainan darah.

Dalam seminar itu juga pembicara lainnya, yakni dr Tehar Karo-Karo SpPD yang membahas hiperkolesterol, dr Dodi Hendradi SpOG yang membawa makalah tentang menopause, serta dr Ida Yudiati SpRM tentang osteoporosis.

Sebelumnya dilaporkan hipertensi di Kota Pagaralam, Sumatera Selatan, merupakan yang paling banyak penderitanya di daerah tersebut, yakni mencapai 1.480 kasus tahun 2010.

Menurut Direktur RSD Besemah, dr Fibendra Eka Wiji Sana, mengatakan berdasarkan data kunjungan masyarakat yang berobat atau memeriksakan kesehatan untuk Juni-Juli 2010, yang paling banyak diderita masyarakat dan menempati urutan pertama adalah hipertensi.

Warga Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, juga dilaporkan banyak menderita penyakit darah tinggi atau hipertensi yang dirawat di Rumah Sakit dr Sobirin.

Menurut Kepala sub-bidang rekam medis rumah sakit tersebut, Sumiati, jumlah penderita hipertensi yang menjalani rawat jalan selama April 2010 sebanyak 272 orang, Mei 292 orang dan Juni meningkat menjadi 294 orang.(*)
(T.H009/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010