Jakarta (ANTARA News) - Jumat pagi (23/7), satu hari menjelang `flag off yacht rally` dari Darwin ke Ambon tampak antrian cukup panjang di satu sudut klub layar yang berada di Teluk Fannie, Darwin.

Ternyata mereka yang mengantri adalah para yachter yang sedang melakukan pendaftaran terakhir untuk mengikuti acara `yacht rally` tahunan Sail Indonesia yang keesokan harinya, Sabtu (24/7), dilepas Menko Kesra Agung Laksono yang di dampingi Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad serta diikuti KSAL Agus Suharsono, anggota Komisi IV DPR RI Herman Khaeron, Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu, Menteri Perdagangan dan Hubungan Asia Northern Territory Rob Knight, dan juga Administator Northern Territory Tom Pauling.

Panitia `yacht rally` Sail Indonesia 2010 mencatat 107 kapal layar dari 18 negara antara lain berasal dari Australia, Austria, Argentina, Kanada, Cayman Island, Cook Island, Perancis, Jerman, Itali, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Swedia, Swiss, Inggris, Amerika Serikat, dan Vanuatu mengikuti ajang tahunan kapal layar terbesar di Asia Tenggara.

Mereka tampak antusias mengikuti kegiatan Sail Indonesia yang kali ini bernama Sail Banda dengan bersiap mengarungi Laut Arafura melalui Saumlaki, Tual, Banda menuju ke Ambon.

Panitia `yacht rally` Sail Banda 2010, David Woodhouse saat ditemui di Sailing Club Darwin menjelaskan bahwa seperti tahun-tahun sebelumnya, peserta dari Sail Indonesia kali ini merupakan orang-orang baru yang kebanyakan belum pernah memasuki kawasan Indonesia.

Melalui foto-foto dari website resmi Sail Indonesia dan cerita sesama yachter yang pernah melalui perairan Indonesia, menurut David, para yachter baru dari berbagai negara tersebut mengetahui reputasi dari Sail Indonesia.

"Mereka mencari sesuatu yang masih alami. Mereka senang berbaur dengan masyarakat dan bersentuhan sendiri dengan tradisi dan kebudayaan setempat selama masa pelayaran," ungkap David.

Berdasarkan informasi dari para peserta Sail Indonesia terdahulu yang ditemui di perairan negara lain, kabar keindahan perairan Indonesia, khususnya perairan di kawasan timur, telah tersebar. Karena itu, lanjut David, peserta reli kapal layar ini selalu baru.

"Jarang sekali ada peserta lama yang ikut lagi di tahun berikutnya, karena mereka masih berlayar entah di mana, jauh dari Darwin. Di Sail Banda tentu mereka melihat Indonesia dari sisi lain tidak sekedar Bali, bir, dan hotel," jelas David.

Salah satu peserta `yacht rally` Sail Banda dari Darwin, Ross Evans saat ditemui di pelabuhan Cullen Bay Marina tampak bersemangat mengikuti acara kapal layar ini.

Bahkan ketika ANTARA bertanya mengapa kali ini tertarik mengikuti `yacht rally` Sail Banda ini, ia menjawab karena angin di perairan timur Indonesia sedang kencang-kencangnya, sehingga akan menjadi tantangan tersendiri untuk mengikuti reli kapal layar ini.

"Saya kebetulan paham dengan kondisi cuaca, sekarang sedang kencang anginnya sehingga nanti ombaknya juga akan besar, ini yang membuat saya ikut. Kalau anginnya tidak kencang, ombak tidak besar mungkin saya tidak ikut," ujar laki-laki berusia 63 tahun tersebut.

Sensasi lain memasuki Indonesia tidak melalu sebuah bandar udara juga menjadi sesuatu yang disukai. "Kita tidak membutuhkan fasilitas apa pun, (Pemerintah Indonesia) tidak perlu membangun apa pun karena justru suka dengan tampilan apa adanya".

Evans bersama dengan dua rekannya yang juga sudah sepuh akan menaiki kapal Pandora menuju Ambon. Ia memperkirakan dalam lima hari ia akan sampai ke Ambon.

"Setelah dari Ambon saya akan langsung kembali ke Darwin.Saya tahu dapat waktu tiga bulan untuk mengarungi perairan Indonesia, tapi saya akan kembali langsung ke Darwin," ungkap Evans.


Potensi Wisata

Pemerintah Indonesia sangat menyadari bahwa ajang tahunan `yacht rally` merupakan potensi wisata bahari yang luar biasa, sehingga kegiatan tersebut dirangkum dalam sebuah acara tahunan lebih besar lagi bernama Sail Indonesia.

Dengan mengganti lokasi penyelenggaraan setiap tahun, pemerintah berharap setiap daerah di Indonesia yang memiliki potensi kekayaan alam dan budaya ini dapat terangkat namanya dan menjadi destinasi bagi turis asing.

Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad usai mendampingi Menko Kesra Agung Laksono melakukan `flag off yacht rally` Sail Banda di Darwin mengungkapkan bahwa pelaksanaan acara ini penting bagi sektor kelautan.

Melalui kegiatan ini pula pulau-pulau Indonesia yang memiliki potensi wisata yang tinggi tetapi belum terpromosikan secara maksimal. Selain itu, melalui Sail Banda mengetahui bahwa Ambon sudah aman untuk didatangi lagi sehingga dapat dikunjungi.

Sail Banda, menurut Fadel, juga dapat memberikan pendapatan bagi masyarakat di pulau-pulau kecil yang disinggahi para yachter tersebut. Tentu hal tersebut dapat menyejahterakan masyarakat.

Masalah aturan Bea cukai Indonesia yang mewajibkan nahkoda kapal-kapal peserta menyerahkan uang deposit sebesar lima hingga 10 persen dari harga kapal yang rata-rata mencapai 400 ribu dolar AS hingga 500 ribu dolar AS, menurut Fadel harus dipertimbangkan kembali.

Sehingga dengan tidak mengikuti Sail Indonesia pun para yachter dunia yang lebih sering memasuki Malaysia dan Singapura karena izinnya gratis juga dapat singgah dalam waktu lama di Indonesia. Devisa tambat kapal yang berhari-hari bahkan berminggu-minggu dapat terus `mengalir`, belum lagi devisa dari belanja perbekalan dalam jumlah besar.

Menko Kesra Agung Laksono mengungkapkan bahwa pelaksanaan `yacht rally` sendiri diharapkan dapat mendorong kesadaran masyarakat Indonesia terhadap laut. Kehadiran para yachter di pulau-pulau Indonesia diharapkan juga dapat menyalurkan pemahaman terhadap lingkungan pesisir, sehigga wilayah pesisir Indonesia menjadi bersih.

Secara ekonomi, Agung mengatakan hal positif dari pelaksanaan Sail Indonesia diharapkan wisata terdongkrak sehingga pendapatan masyarakat setempat juga meningkat.

Menteri Perdagangan dan Hubungan Asia Northern Territory, Rob Knight saat menjawab pertanyaan ANTARA usai mengikuti `flag off yacht rally` Sail Banda mengatakan bahwa kesuksesan Sail Banda juga tentu akan membuka peluang diadakannya kembali penerbangan langsung dari Darwin ke Ambon.

"Jika Sail Banda sukses tentu sektor wisata akan terpacu, dan untuk membuka kembali penerbangan dari Darwin ke Ambon atau ke daerah lainnya seperti Makassar atau Bali dapat dilakukan," ujar dia.


Anggaran Sail Indonesia

Anggota Komisi IV DPR RI Herman Khaeron mengatakan ajang tahunan Sail Indonesia membutuhkan anggaran khusus lebih besar lagi.

"Ini acara bagus kalau dikembangkan secara serius oleh pemerintah. Tapi alangkah baiknya jika anggaran juga diperbesar dan terpusat," ujar Herman.

Saat ini anggaran pelaksanaan Sail Banda yang jika ditotal mecapai lebih dari Rp160 miliar merupakan gabungan dari beberapa Kementerian, Pemerintah Daerah, dan pihak swasta.

Menko Kesra Agung laksono justru berpendapat bahwa anggaran pelaksanaan Sail Indonesia tetap seperti saat ini, tidak terpusat dikeluarkan satu pihak. "Ini supaya setiap pihak merasa bertanggung jawab terhadap kesuksesan acara tersebut, termasuk pihak swasta".

Ia menyebutkan bahwa anggaran pelaksanaan Sail Banda dari APBN hanya Rp20 miliar. Namun beberapa Kementerian seperti Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perhubungan, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Komunikasi dan Informasi, serta Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata ikut berpartisipasi sehingga total anggaran yang dikeluarkan untuk pelaksanaan Sail Banda bisa mencapai Rp200 miliar.

"Itu belum ditambah dengan anggaran dari Pemda. Jadi semua bertanggung jawab dan merasa memiliki untuk mensukseskan acara Sail Indonesia ini," ujar Agung.

Terlepas dari segala kekurangan dari pelaksanaan ajang kelautan ini hal yang perlu diingat bahwa kekayaan alam, terutama kekayaan dan keindahan perairan Indonesia ternyata memiliki kesan tersendiri bagi para pecinta kapal layar di dunia. Kesan itu akan bertahan hanya apabila kekayaan laut dan perairan serta budaya masyarakat setempat tetap terjaga.

Karena itu, bukan saja masalah pendanaan yang menjadi tanggung jawab semua pihak, tetapi juga kesadaran menjaga dan melestarikan kekayaan laut Indonesia. (V002/K004)

Oleh Oleh Virna Puspa Setyorini
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010