Ambon (ANTARA News) - Wakil Menteri Prindustrian Aleks Retraubun menyambut baik pelaksanaan Maluku Expo 2010 yang dinilainya sangat bermanfaat bagi investasi pembangunan Maluku di masa datang.

"Maluku Expo sangat bermanfaat dan bisa menjadi pintu gerbang masuknya investasi di Maluku," kata Retraubun kepada wartawan di sela acara pameran tersebut di Ambon, Sabtu.

Menurut Retraubun, kehadiran 169 stand perwakilan para pengrajin baik dari luar maupun lokal di arena Maluku Expo menandakan pertumbuhan industri kerajinan di daerah ini sudah semakin tumbuh.

"Pameran hari ini dihadiri oleh 169 peserta dari luar maupun pengrajin di Maluku. Saya kira ini sudah merupakan rekor karena sebelumnya jumlah peserta tidak sebanyak yang sekarang," katanya.

Retraubun berharap kehadiran peserta pameran dari berbagai daerah di ajang Maluku Expo dapat dimanfaatkan oleh pengrajin lokal, paling tidak untuk menimba ilmu atau tukar pengalaman.

Pameran ini, lanjutnya, bisa dijadikan semacam sarana studi banding sehingga pengrajin lokal tidak perlu ke luar untuk mendapatkan tambahan pengetahuan.

"Tidak perlu studi banding, gunakan semaksimal mungkin kesempatan yang ada dengan menimbah ilmu dari peserta yang hadir dalam pameran ini, untuk mengembangkan usaha industri yang ada di daerah ini," katanya.

Retraubun mengatakan, secara nasional pertumbuhan industri di Indonesia didominasi di Pulau Jawa, yakni sekitar 70 persen, sementara sisanya di berbagai daerah lain termasuk Maluku.

"Kawasan Indonesia Timur pertumbuhan industrinya masih minim. Kalau tidak salah hanya tiga persen," katanya.

Mantan Dirjen DKP dan pulau-pulau terluar itu mengungkapkan, Kementrian Perindustrian sudah menyiapkan konsep terpadu pembangunan industri untuk diterapkan di kawasan Indonesia Timur.

Khusus pertumbuhan industri di kawasan Indonesia Timur, pembangunan infrastruktur sebagai faktor pendukung merupakan hal mutlak.

"Infrastruktur di Indonesia Timur `tumbuhnya Senin-Kamis`. Contohnya di kota Ambon listrik masih sering padam. Lalu bagaimana kita mau bicara industri kalau berbagai persoalan ini belum teratasi," demikian Retraubun. (ANT184/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010