Tidak perlu repot melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia untuk mengenal arti kata tamasya, sebab lebih dari cukup buku setebal 150 halaman ini menyerukan penghayatan makna sebuah kata tamasya menjadi lebih luas, lebih terang, berkah dan membawa kenikmatan tertinggi. At the top of highest peak from everything.

Tamasya apa yang dapat menghadirkan ribuan makhluk bersayap putih dan suci ikut mengiringi dan mendoakan si pejalan kaki tetap selamat dan teguh pada track yang sebenarnya.

Mereka (para malaikat) saling mencatatkan kebaikan dari setiap langkah kita untuk kemudian menuntun, mengantarkan kita ke taman firdaus di mana dalam metafor keseharian kita (mungkin) diberikan kesempatan membuka tirai tipis dan memandang wajah-Nya?

Subhanallah, tamasya apalagi kalau bukan tamasya di jalan Tuhan, tamasya dengan, aktifitas mencari kebahagiaan melalui kunjungan satu persatu rumah-Nya, tamasya ke Masjid.

Membaca 'Tamasya ke Masjid` seperti disodorkan panduan meniti jalan benar, jalan keselamatan, jalan lurus seperti jalan-jalan yang telah ditapaki oleh para kekasih Allah, kalangan nabi, shiddiqin, syuhada' dan orang-orang saleh.

Jalan ini juga yang telah dilakukan Jaya Komarudin Cholik, seorang buruh migran di Ruwais, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab dalam meniti satu tempat yang dirindukan dan dicintainya sejak lama.

Disajikan dalam catatan-catatan kisah menyerupai autobiografi - karenanya disebut memoar - yang menggugah hati siapa saja untuk ikut merasakan kenikmatan seorang hamba yang merindu Tuhannya, atau mendekati cinta-Nya."Satu hal yang mampu menghadang teror cemas, khawatir, pesimis, dan takut adalah saat hati kita dekat dengan Sang Pencipta." [halaman 114]

Maka menurut penulisnya, langkah-langkah yang diayunkan menuju rumah-Nya adalah sebuah mukadimah cinta agar suatu hari nanti bisa bertemu dengan Sang Khalik.

Melalui Shalat, yang dilaksanakan 5 kali sehari adalah sebuah mi’raj seorang mu’min. Mi’raj dengan analogi berjumpa langsung dengan Sang Khalik. Sebuah hubungan vertikalis tanpa batas atau sekat.

Layaknya sebuah perjumpaan. Setiap hari undangan disebarkan lima kali sehari secara terbuka pada semua makhluk. Seperti sebuah ujian dari Sang Maha kepada hamba yang memang ingin rindu berjumpa dengan-Nya.

Jelas, jalan-jalan inilah yang disebutkan dalam surat Fatihah sebagai jalan lurus, jalan yang diridhoi Tuhan. ‘Setiap muslim memang mengulang-ngulang bacaan surat al-Fatihah yang di dalamnya ada dua ayat yang mencantumkan kata sirathal mustaqiem (jalan lurus). Jalan yang menjanjikan keselamatan bagi yang setia meniti jalan Tuhan.

Namun jalan lurus bukan berarti jalan tersebut mulus, rata, dan datar. Sirathal mustaqiem dapat pula digambarkan sebagai jalan yang lurus namun licin, curam, terkadang menanjak juga menurun.’[halaman 29]

Dengan ucapan Lahaula wala quwaata Illa billah (tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah) Jaya kecil telah mengawali jalan-jalan atau tamasya menuju rumah-rumah Allah atas izin-Nya.

Melalui sosok bapaknya, mantan prajurit pejuang pembebasan Irian Barat itu yang menggendong Jaya kecil sehingga menjejakkan kaki di lantai pelataran ubin masjid yang masih dingin dan temaram. Maka, Jaya merasa sejarah hidupnya baru saja dimulai dari masjid Nurul Falah di Serang menuju masjid-masjid di Ruwais, Abu Dhabi sampai ke Baitullah dan Raudha.

Buku bersampul biru ini setidaknya menggugah kita untuk tidak mengkhianati agama dan tuntunan hidup kita yang sering menjadikan masjid sebagai simbol belaka. Dengan tamasya ke masjid kita menjadi tahu bahwa ketakwaan tidak terletak di corong-corong masjid, tetapi dilihat dari isi yang ada di dalam masjid.

Maka, mulai detik ini, para orangtua dapat beranggapan bahwa mengajak tamasya anak dan keluarga ke masjid adalah mulia bahkan lebih tinggi derajatnya, sebab di sana ada usaha bertemu Tuhan (shalat) secara berjamaah, bersama-sama meniti jalan di sirathal mustaqiem. (***)


Judul Buku:
Tamasya ke Masjid
[Meniti Jalan Menuju Rumah-Mu]

Pengarang:
Jaya Komarudin Cholik
Penerbit : Gong Publishing
Cetakan: Pertama, Juni 2010
Jenis: Memoar
Ukuran: 22,5cm x 15cm
Tebal: 150 halaman



*) Penulis penyuka buku dan film, berkeinginan travelling ke nusantara dan belahan dunia.

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010