Seoul (ANTARA News) - Libya menuntut ganti rugi senilai satu miliar dolar dari Korea selatan sebagai imbalan untuk menyelesaikan konflik diplomatik yang dipicu tuduhan mata-mata terhadap Seoul, kata lapran-laporan, Kamis.

Libya mengancam akan melarang perusahaan-perusahaan Korea Selatan (Korsel) di negara Afrika Utara itu kecuali tuntutan-tuntutannya dipenuhi, kata surat kabar JongAng Daily.

Tripoli menuntut agar Seoul melaksanakan kontrak pekerjaan sipil yang belum dibayar senilai satu miliar dolar, kata surat kabar itu.

Perusahaan-perusahaan Korsel kini sedang mengerjakan kontrak pembangunan sipil senilai lebih dari sembilan miliar dolar di Libya, kata Asosiasi Kontraktor Internasional Korea.

Surat kabar Sinmun Seoul, Kamis memberitakan bahwa Libya menginginkan Korsel membangun jalan raya sepanjang 1.000km sebagai satu "denda" -- pekerjaan yang biasanya menelan biaya satu miliar dolar.

Menteri Luar Negeri Korsel Yu Myung Hwan membantah berita-berita itu dan mengatakan mereka akan menghindari usaha-usaha diplomatik untuk mengakhiri pertikaian itu.

"Tidak ada tuntutan atau permintaan diajukan," kata seorang juru bicara kementerian itu, Kamis.

Pertikaian itu terungkap setelah Libya mengusir seorang pejabat intelijen Korsel Juni karena dituduh berusaha mengumpulkan informasi mengenai pemimpin Muamar Gaddafi, keluarganya dan para birokrat.

Libya juga menghentikan operasi-operasi di kedutaan besar defaktonya di Seoul, yang memaksa para pengusaha Korsel pergi ke luar negeri untuk mencari visa Libya.

Hubungan kedua neara juga tegang menyangkut penahanan seorang pastor Kristen Korsel di Libya dan liputan media mengenai negara itu.

Tuntutan satu miliar dolar itu disampaikan kepada satu delegasi Korsel yang berunding di Tripoli bulan lalu dalam usaha menyelesaikan pertengkaran itu, kata JoongAng Daily.

Selain itu,Libya menginginkan satu dafar konrak-kontrak pejabat intelijen di negara itu dibuat, kata surat kabar tersebut.

Surat kabar berbahasa Inggris Tripoli Post di laman internetnya pekan ini memberitakan Korsel berada dalam tekanan untuk membuat permintaan maaf secara tertulis atas operasi-operasi spionase, serta tuntutan-tuntutan lain yang tidak disebutkan.

Libya telah mulai mensurvai kepentingan-kepentingan Korsel dalam pelayanan ini dan sektor-sektor konstruksi bagi kemungkinan tindakan lebih jauh, katanya.

Tripoli Post juga memberitakan para penyelidik juga sedang memeriksa apakah operasi spionase itu adalah bagian jaringan mata-mata lebih luas di kawasan itu,

Sebelum konflik diplomatik itu, Seoul dan Tripoli telah membangun hubungan ekonomi yang kuat sejak menjalin hubungan diploamtik tahun 1980.

Perusahaan-perusahaan Korsel mengerjakan hampir 300 proyek senilai 35 miliar dolar di Libya sejak tahun 1978. (*)

AFP/H-RN/B002

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010