Bandung (ANTARA News) - Ketua Komite Inovasi Nasional (KIN) Prof Dr Zuhal membuat pernyataan penting saat menyampaikan pidato pada Pertemuan Tahunan ke-6 Bank Pembangunan Islam (IDB) bertema Program Kemandirian Produksi Vaksin, di Bandung, 6-9 Agustus.

Mantan Menteri Riset dan Teknologi itu di hadapan peserta dari produsen vaksin di negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), termasuk pakar vaksin dari Australia dan Belgia merekomendasikan PT Bio Farma sebagai "hub" atau sentra produsen vaksin bagi negara-negara anggota OKI.

"Seperti halnya Iran sebagai negara pengembangan teknologi nuklir atau Malaysia dengan teknologi informasi dan komunikasi," kata Zuhal.

Yang disampaikan Zuhal itu menarik perhatian lantaran keberadaan KIN yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden, 20 Mei 2010, sangat terkait dengan pengembangan inovasi dan Bio Farma sebagai satu-satunya badan usaha milik negara (BUMN) penghasil vaksin tak luput dari keharusan berinovasi.

"Pengalaman selama 120 tahun merupakan perjalanan panjang dan Bio Farma memiliki kemampuan untuk selalu berinovasi," kata Zuhal yang juga Rektor Universitas Al Azhar.

Rekomendasi yang disampaikan Zuhal itu juga merupakan sesuatu yang menguatkan karena keberadaan KIN beranggotakan sekitar 30 orang tokoh yang terdiri atas berbagai latar belakang seperti inovator, akademisi, pelaku usaha, dan juga tokoh terkait pengembangan inovasi.

Dalam pandangan Zuhal, Bio Farma patut menjadi "hub" produsen vaksin karena memiliki keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, dan keunggulan kultural.

Dari keunggulan kompetitif, misalnya, Bio Farma merupakan salah satu penghasil vaksin di dunia yang memenuhi standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Selain Bio Farma yang berada pada peringkat pertama dan diakui WHO, di negara-negara anggota IDB terdapat negara-negara penghasil vaksin antara lain Mesir, Tunisia, Malaysia, dan Iran.

Bio Farma meraih sertifikat WHO "Recognized for Vaccine Production" pada 1997 yang merupakan awal dari perluasan pasar produk vaksin Bio Farma untuk memasok kebutuhan vaksin dalam negeri maupun global.

Bio Farma juga didukung secara finansial dan teknologi oleh lembaga vaksin internasional dan negara-negara donor.

Dari keunggulan komparatif bisa menjadi langkah bersama untuk pengembangan produksi vaksin mengingat negara-negara berpenduduk muslim kaya dengan keanekaragaman hayati termasuk virus sehingga menjadi sumber bagi pengembangan vaksin.

Sedangkan dari keunggulan kultural, Bio Farma tetap mempertahankan nilai-nilai Islami dalam mengembangkan vaksin.

"Secara bersama-sama dengan anggota OKI dapat dipastikan mengembangkan produk vaksin halal," katanya.

Penguatan serupa juga disampaikan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih yang mengajak negara-negara anggota Bank Pembangunan Islam bersama-sama memberantas berbagai penyakit menular dan mengembangkan produksi vaksin.

"Tantangan serius adalah bagaimana memperkuat kemampuan negara-negara anggota IDB memberantas berbagai penyakit menular," kata Menkes dalam sambutan tertulis yang dibacakan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama.

Tantangan tersebut, katanya, dapat dijawab dengan melakukan penelitian dan pengembangan kesehatan bersama di antara negara-negara anggota Bank Pembangunan Islam (IDB) serta transfer pengetahuan.

Kerja sama dalam program kemandirian produksi vaksin, menurut Menkes, tampaknya penuh dengan kesenjangan seperti terdapatnya perbedaan yang luar biasa antara penawaran dan permintaan vaksin.

"Tidak ada jaminan bahwa negara-negara anggota IDB akan menyediakan vaksin selama pandemi di tengah kemampuan produksi dunia yang sangat terbatas," katanya.

Oleh karena itu, kata Menkes, dibutuhkan peningkatan kemampuan global untuk memproduksi vaksin dan antivirus.

Menkes mengatakan, secara spesifik terdapat kebutuhan yang signifikan di negara-negara berkembang terharap vaksin, obat-obatan, dan diagnosa.

"Program kemandirian produksi vaksin IDB dalam peningkatan kemampuan nasional melalui kemitraan yang memungkinkan bersama PT Bio Farma menjadi langkah yang sangat penting," kata Menkes.

Dalam perspektif kesehatan publik, kata Menkes, adalah penting untuk mengukur dan merespons secara cepat dan tepat menghadapi ancaman pandemi.

"Kami percaya ini dapat dicapai dengan menggunakan teknologi, keahlian, dan sumber daya yang tersedia di negara-negara anggota IDB. Marilah kita memulai bekerja saling berdampingan dengan saling menghormati dan persamaan sebagai warga dan kaum profesional yang baik," katanya.

Menkes memahami bahwa hanya dengan kebersamaan dan kerja sama konstruktif di antara negara-negara Islam akan mencapai kemajuan.

Zuhal menambahkan bahwa Komite Inovasi Nasional sangat mendukung inovasi yang dilakukan oleh Bio Farma dan menghasilkan aneka vaksin yang dapat dipakai di dunia internasional.

"Ini harus didukung bersama supaya mewujudkan kepercayaan diri kita di dunia internasional," katanya.

Direktur Utama PT Bio Farma Iskandar mengajak negara-negara anggota Bank Pembangunan Islam (IDB) mengikat kerja sama untuk mempercepat program kemandirian produksi vaksin (self reliance in vaccine production) program.

Untuk langkah pertama, kata Iskandar saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Pertemuan Tahunan IDB ke-6 di Bandung, Jumat, Bio Farma menawarkan kerja sama pada proses hilir dengan menyediakan vaksin dalam jumlah yang besar, pelatihan sistem manajemen mutu, praktek laboratorium dan klinik yang baik, validasi peralatan, uji coba implementasi, dan jaminan mutu vaksin.

"Saya berharap dalam pertemuan tiga hari ini dapat menghasilkan keputusan yang bermanfaat terkait isu global tentang vaksin, peraturan vaksin baru, dan pandangan mencapai imunisasi global," katanya di hadapan para peserta dari 12 negara seperti Indonesia, Mesir, Pakistan, Mali, Mozambik, Malaysia, Senegal, Iran, dan Tunisia.

Ia juga mengajak kerja sama di negara-negara Islam untuk menggunakan kerangka teknologi dalam mengembangkan vaksin baru.

Perhelatan tahunan yang diadakan bertepatan dengan 120 Tahun PT Bio Farma menjadi momentum bagi kerja sama kongkret di antara negara-negara anggota IDB.

Kuncinya adalah kolaborasi dan komunikasi yang menjadi dua kata kunci dari IDB dalam menjalankan program kemandirian produksi vaksin (SRVP).
(B009/s018)

Oleh Budi Setiawanto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010