Jakarta (ANTARA) - Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dan produsen vaksin serta antisera Bio Farma resmi menandatangani perjanjian kerjasama untuk 10 tahun mendatang dalam rangka percepatan penanggulangan pandemi dengan memproduksi vaksin di kawasan Global South.

Kerjasama ini akan menghadirkan teknologi produksi vaksin terkini, yaitu viral vector dan mRNA ke Indonesia dan kawasan ASEAN serta mendukung ketersediaan produk dan meningkatkan kapasitas produksi vaksin untuk memasok negara-negara di kawasan Global South seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima di Jakarta pada Rabu.

Hal ini dilakukan untuk menanggulangi ketidakmerataan akses terhadap vaksin (seperti yang terjadi selama pandemi COVID-19) dan antisipasi kondisi yang akan datang.

“Kerjasama kami dengan Bio Farma akan memberikan kontribusi baru terhadap tujuan tersebut dengan cara mengembangkan fasilitas kelas dunia yang dimiliki oleh Bio Farma dengan teknologi produksi terbaru, yakni vaksin mRNA dan viral vector yang dapat diproduksi massal dalam rentang 100 hari sejak patogen virus teridentifikasi,” kata CEO CEPI Dr. Richard Hatchett.

Baca juga: Kementerian BUMN apresiasi kolaborasi Bio Farma dan MIT

Saat ini, Bio Farma menjadi anggota baru dari jaringan produsen vaksin yang didukung oleh CEPI dan berbasis di kawasan Global South. Salah satu tujuan dari kerjasama ini untuk meningkatkan kapabilitas dan kapasitas produksi vaksin dalam penanggulangan ancaman kejadian luar biasa dan pandemi, sekurang-kurangnya dalam waktu 100 hari sejak patogen virus teridentifikasi.

Bio Farma memiliki pengalaman yang luas di bidang produksi vaksin dengan beberapa produk Bio Farma telah mendapatkan prakualifikasi dari WHO. Oleh karena itu, CEPI akan menyediakan investasi awal sebesar 15 juta dolar atau sekitar Rp230 miliar untuk meningkatkan kapabilitas produksi vaksin yang lebih beragam serta mendukung implementasi teknologi mRNA dan viral vector di fasilitas Bio Farma untuk pertama kalinya.

Produk vaksin viral vector dan mRNA akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam produksi vaksin dalam melawan ancaman virus baru. Selain CEPI, Pemerintah Indonesia turut serta dalam investasi pada program ini.

“Kerjasama dengan CEPI akan meningkatkan kontribusi Indonesia terhadap ketahanan pasokan dan kemandirian vaksin di kawasan ASEAN dan Global South. Kerjasama ini dapat mendorong pengadaan vaksin yang cepat dan efisien untuk penanggulangan pandemi di masa yang akan datang,” kata Menteri Kesehatan RI Budi G. Sadikin.

Melalui kerjasama ini, Bio Farma akan memiliki fasilitas laboratorium bioprocess untuk pengembangan dan pengujian teknologi vaksin mRNA dan viral vector. Bio Farma juga akan menerapkan sistem Good Manufacturing Practices (GMP) pada fasilitas yang digunakan dalam produksi vaksin pada Uji Klinis Fase-2 dan Fase-3 dan untuk keperluan produksi komersial terbatas.

Ketika fasilitas tersebut sudah beroperasi penuh, Bio Farma dapat memasok vaksin mRNA dan viral vector untuk menanggulangi berbagai macam jenis kejadian luar biasa dalam rentang waktu yang relatif singkat, yakni dalam 100 hari sejak patogen virus baru teridentifikasi.

Fasilitas produksi tersebut akan menjadi kunci penting bagi kesuksesan Misi 100 Hari CEPI (CEPI‘s 100 Days Mission) yang didukung oleh negara G7 dan G20 untuk mengurangi waktu yang diperlukan dalam proses pengembangan vaksin yang aman, efektif dan dapat diakses oleh banyak kelompok di penjuru dunia.

“Kolaborasi ini merupakan salah satu pencapaian bagi Bio Farma dalam rangka berkontribusi pada kesehatan dunia, dan memberi kemudahan akses produk vaksin di masa sulit seperti pandemi, khususnya di kawasan ASEAN,” kata Direktur Utama Bio Farma Shadiq Akasya.

Baca juga: Bio Farma produksi 3,1 juta dosis vaksin untuk program imunisasi HPV

Baca juga: Biofarma Group bakal bagikan inovasi tranformasi digital di AIPF 2023

Baca juga: Bio Farma dan MIT Hacking Medicine kolaborasi untuk layanan kesehatan

Pewarta: Vinny Shoffa Salma
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023