Temanggung (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah melalui aparat desa dan kecamatan terus berupaya melakukan pendekatan kepada pemilik lahan tempat temuan Situs Liyangan di Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo untuk membeli lahan tersebut.

"Untuk penyelamatan Situs Liyangan, Pemkab Temanggung berupaya membeli lahan kompleks temuan situs yang kini dimanfaatkan sebagai tempat penambangan galian golongan C," kata Bupati Temanggung, Hasyim Afandi di Temanggung, Senin.

Namun, katanya, upaya tersebut sedikit terganjal karena pemilik lahan menawarkan harga yang terlalu tinggi, yakni Rp75 ribu hingga Rp100 ribu permeter persegi.

Padahal, menurut dia,lahan tersebut merupakan tanah tandus dan menurut perhitungan nilai harganya tidak setinggi itu. Waktu Pemkab Temanggung membeli lahan penambangan di daerah Kwadungan hanya Rp25 ribu hingga Rp30 ribu permeter persegi.

"Rencana pembelian lahan situs itu menggunakan dana APBD, tetapi kalau harganya terlalu tinggi maka negara akan dirugikan. Sekarang kami terus melakukan pendekatan agar pemilik tanah mau melepaskannya dengan harga wajar," katanya.

Ia mengatakan, upaya pembelian lahan sesuai dengan rekomendasi dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah untuk mengamankan temuan situs tersebut.

Sesuai rekomendasi, lokasi situs yang perlu diamankan sekitar 6.000 meter persegi, namun dalam perkembangannya nanti dimungkinkan bisa mencapai luasan dua hektare.

"Pembelian lahan semata-mata untuk pengamanan situs, belum ada pemikiran untuk pengelolaan sebagai objek wisata atau lainnya," katanya.

Berdasar gambaran hasil survei penjajakan Balai Arkeologi Yogyakarta menyimpulkan Situs Liyangan merupakan situs dengan karakter kompleks dengan indikasi sebagai situs permukiman, situs ritual, dan situs pertanian.

Kompleksitas karakter tersebut membawa pada pemikiran bahwa situs Liyangan adalah bekas permukiman yang pernah berkembang pada masa Mataram Kuno. Ragam data dan karakter ini tergolong istimewa mengingat temuan ini satu-satunya situs yang mengandung data arkeologi berupa sisa rumah masa Mataram Kuno.

Bagian situs yang ditemukan pertama pada 2008 ini, antara lain terdapat bangunan talud, yoni, dan batu-batu candi. Temuan terakhir pada Juli 2010 berupa bangunan pagar dari batu dengan tinggi 1,75 meter dan tebal sekitar satu meter. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010