Banyuwangi (ANTARA News) - Pengamatan kasat mata ("rukyat") terhadap hilal (rembulan usia muda pertanda pergantian kalender) untuk menentukan jadwal puasa di Pantai Pancur, Tegaldlimo, Banyuwangi, Jawa Timur, untuk tahun ini ditiadakan.

"Itu karena posisi hilal diperkirakan hanya 2 derajat, sehingga kami akan bergabung dengan beberapa pengamat rukyat di Situbondo," kata Pengasuh Pesantren Mansya`ul Huda, Tegaldlimo, Banyuwangi, KH Suyuti Toha, kepada ANTARA di Banyuwangi, Selasa.

Menurut ahli rukyat di Banyuwangi itu, pada 2009 hilal masih terlihat di Pantai Pancur Tegaldlimo Banyuwangi karena posisi di atas 5 derajat.

Namun, katanya, karena ada pergeseran bumi, maka posisi matahari berada di sebelah utara katulistiwa, sehingga hilal berada pada ukuran sekitar 2 derajat.

Oleh karena itu, pengamatan hilal dari kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi semakin sulit dilakukan, apalagi terhalang Gunung Grajagan yang berada di sebelah barat kawasan tersebut.

"Siang ini (10/8), kami akan berkumpul di Kantor Depag Banyuwangi untuk berangkat bersama-sama menuju salah satu pantai di Situbondo guna melakukan rukyat," katanya.

Rencana pemindahan tempat pengamatan hilal tahun itu juga disampaikan Kepala Seksi Urusan Agama Islam Departemen Agama Kabupaten Banyuwangi, H. Sulaiman.

"Untuk pengamatan hilal di Pantai Pancur tahun ini kami tiadakan karena beberapa alasan teknis sehingga kami akan kesulitan melihat rembulan di waktu matahari terbenam nanti," katanya.

Untuk itu, mereka bergabung dengan pengamat rukyat di Situbondo yang setiap tahun melakukan pengamatan hilal di Pantai Kalbut, Kecamatan Penarukan, Situbondo.

"Karena berada di sebelah utara, pengamatan hilal di Pantai Kalbut masih memungkinkan dibandingkan dengan posisi dari Pantai Pancur," katanya.

Menurut Sulaiman, pengamatan bulan secara kasat mata itu merupakan salah satu pedoman warga nahdliyin dalam menentukan awal puasa.

Namun jika dalam rukyat nanti, rebulan belum juga terlihat, maka warga nahdliyin akan memiliki perhitungan untuk mengenapkan waktu Ramadan selama 30 hari, sedangkan warga muhammadiyah sudah memiliki perhitungan secara hisab.

"Karena itu jika nanti kami belum juga melihat maka kami akan menunggu isbat dari Kementerian Agama untuk menentukan kapan jadwal puasa tersebut," ungkap Sulaiman.(*)

ANT/E011

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010