Bogota (ANTARA News/Reuters) - Sebuah bom mobil meledak Kamis di luar sebuah stasiun radio di ibukota Kolombia, Bogota, melukai sembilan orang dan meledakkan kaca-kaca jendela dalam serangan besar pertama sejak Presiden Juan Manuel Santos berkuasa akhir pekan lalu.

Sebuah bus rusak dengan kaca jendela depannya pecah ditinggalkan di sebuah jalan raya penting dekat radio Caracol, membuat panik warga yang berdiri di jalan. Penyelidik memilih puing mobil yang meledak itu setelah pemboman yang jarang terjadi di ibukota itu.

"Ini serangan teroris," kata Santos pada wartawan di tempat ledakan tanpa memberikan perincian mengenai mereka yang betanggungjawab atas ledakan itu. "Saya yakin ini adalah pesan, ini bukan tidak beralasan."

Santos, bekas menteri pertahanan, memegang tampuk pemerintahan Sabtu lalu, berjanji untuk mempertahankan perang bekas presiden Alvaro Uribe yang didukung Barat terhadap gerilyawan sayap kiri FARC, atau Pasukan Bersenjata Revolusioner Kolombia, dan pedagang kokain serta kebijakan pro-bisnisnya.

Pemboman dan serangan di kota-kota Kolombia telah menurun dengan cepat setelah Uribe berkuasa pada 2002. Kekerasan karena perang di negara itu menyurut saat kampanye keamanan Uribe mengirim tentara untuk memerangi pemberonatk sayap kiri dan gembong kokain.

Sebuah bom FARC menewaskan sembilan orang di kota Buenaventura di pantai Pasifik pada Maret tahun ini. Pemboman di toko video Blockbuster di Bogota menewaskan dua orang pada 2009 dalam serangan yang pemerintah katakan terkait dengan pemerasan oleh FARC.

Seorang penyiar Caracol, salah satu stasiun radio besar di negara itu, kadang-kadang menerima ancaman dari kelompok bersenjata dan pada masa lalu meninggalkan Kolombia demi keselamatannya.

Jendela-jendela setinggi 30 tingkat meledak di beberapa bangunan di 7th Avenue di Bogota dan kaca masih jatuh ke jalan setelah serangan pagi sekali itu.

"Saya terbangun dan lantai serta tempat tidur saya tertutup kaca," kata Mauricio Marentes, 28, seorang ahli geologi yang tinggal di lantai keempat sebuah bangunan yang menghadap ke tempat ledakan.

Pasar sebagian besar meremehkan pemboman itu, dan peso Kolombia naik setelah perdagangan dimulai dengan harapan aliran investasi kuat di produsen minyak nomer empat di Amerika Latin itu. Nilai peso meningkat lebih dari 11,5 persen sejauh ini tahun ini.

"Kami yakin peristiwa itu tidak akan mengubah ramalan ekonomi atau pasar dengan satu cara," kata Barclays Capital dalam catatan riset bagi klien setelah ledakan tersebut.

Uribe telah mengirim tentara untuk memperoleh kembali tempat-tempat yang pernah dikuasai FARC, dan pemberontak sayap kiri tertua di Amerika Latin itu telah terbanting ke tingkat terlemahnya dalam beberapa dekade. Beberapa komandan pentingnya tewas atau tertangkap dan barisan FARC mengecil karena pembelotan.

Tapi kelompok pemberontak itu masih kekuatan di daerah pedesaan tempat mereka sering menyekutukan diri dengan para pedagang gelap dan kelompok paramiliter untuk memperoleh keuntungan dari perdagangan kokain. Kelompok itu sekarang mengandalkan serangan dan ranjau darat untuk menggangu patroli militer. (S008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010