Baghdad (ANTARA News/Reuters) - Bom mobil meledak Senin di sebuah kota sebelah timurlaut Baghdad ketika bis yang penuh dengan peziarah Syiah Iran sedang lewat, menewaskan lima orang dan melukai sembilan lain, kata beberapa pejabat keamanan.

Ledakan itu, yang terjadi di Muqdadiya, 80 kilometer sebelah timurlaut Baghdad, merupakan yang terakhir dari serangkaian serangan yang menguji ketangguhan pasukan keamanan Irak ketika militer AS bersiap-siap mengakhiri operasi tempur pada akhir Agustus sebelum penarikan penuh tahun depan.

Empat dari mereka yang tewas dalam serangan itu adalah peziarah Iran, yang berdatangan ke tempat-tempat suci Syiah di Irak dalam jumlah ratusan ribu sejak invasi pimpinan AS menggulingkan pemerintah Saddam Hussein pada 2003. Almarhum Saddam melarang ritual Syiah dan terlibat dalam perang delapan tahun dengan Iran yang dikuasai orang Syiah pada 1980-an.

Seluruh korban cedera dalam ledakan Senin itu adalah orang Iran, kata sumber-sumber kepolisian dan pusat operasi keamanan provinsi Diyala, yang hingga kini masih dilanda kekerasan karena kawasan itu memiliki penduduk Sunni, Syiah dan Kurdi yang menganut beragam agama.

Serangan bom mobil Senin itu merupakan yang terakhir dari rangkaian insiden mematikan yang terjadi sepanjang bulan ini, dimana lebih dari 100 orang tewas.

Para pejabat AS dan Irak telah memperingatkan bahaya peningkatan serangan ketika negosiasi mengenai pembentukan pemerintah baru Irak tersendat-sendat, lebih dari empat bulan setelah pemilihan umum parlemen di negara itu.

Jumlah warga sipil yang tewas dalam pemboman dan kekerasan lain pada Juli naik menjadi 396 dari 204 pada bulan sebelumnya, menurut data pemerintah Irak.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Kekerasan di Irak mencapai puncaknya antara 2005 dan 2007, kemudian menurun tajam, dan serangan-serangan terakhir itu menandai terjadinya peningkatan.

Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun lalu dalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedung pemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dan kehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.

Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas dan bisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikus berusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.

Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktu lalu memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkan serangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat di Baghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.

Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamanan akan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yang bertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.

Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaeda kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS bersiap-siap mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010