Srinagar, India (ANTARA News/AFP) - Duapuluh orang cedera Kamis dalam bentrokan baru dengan polisi setelah kematian seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun yang terluka selama protes akhir pekan di Kashmir India, kata polisi.

Dengan kematian terakhir itu, jumlah korban tewas menjadi 59 dalam protes keras selama dua bulan di lembah Kashmir yang berpenduduk mayoritas muslim, sebagian besar pemuda atau remaja yang ditembak oleh pasukan keamanan.

Anak itu, yang bukan bagian dari protes, tertembak di distrik selatan Kulgar, Sabtu, dan tewas di rumah sakit pada Kamis, kata polisi.

"Ia terluka ketika peluru nyasar menghantamnya setelah pasukan keamanan melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstrasi," kata seorang juru bicara kepolisian.

Ribuan warga Kulgam, yang meneriakkan "Kami ingin kemerdekaan" dan "Darah harus dibalas dengan darah", menghadiri pemakaman anak itu. Mereka kemudian membubarkan diri dengan damai.

Di Srinagar, ibukota musim panas Kashmir India, ratusan orang membangkang jam malam ketat di sejumlah tempat dan melakukan protes menentang kekuasaan India, kata saksi mata.

Polisi antihuru-hara menembakkan peluru amunisi, gas air mata dan menggunakan pentungan, yang melukai 17 pemrotes dan warga, kata seorang polisi yang tidak bersedia disebutkan namanya.

Ia mengatakan, tiga dari mereka yang terluka kena peluru berasal dari keluarga yang sama -- seorang pria, putrinya dan menantunya.

Pemrotes membalas tembakan polisi dengan melemparkan batu yang melukai tiga anggota kepolisian.

Srinagar dikenai jam malam setelah separatis Kashmir mendesak warga melakukan protes menentang kekuasaan India.

Demonstrasi anti-India meningkat tajam di Kashmir sejak seorang remaja laki-laki yang berusia 17 tahun tewas setelah terkena tembakan gas air mata polisi pada 11 Juni.

Setiap kematian sejak 11 Juni menyulut kekerasan lebih lanjut meski telah ada seruan agar tenang dari Menteri Besar Kashmir Omar Abdullah. Pemuda dan remaja seringkali termasuk diantara demonstran yang melemparkan batu ke arah pasukan keamanan selama pawai.

Separatis Kashmir mengadakan pawai secara rutin, yang seringkali berbuntut kekerasan, sejak 2008. Banyak pemrotes tewas dalam pawai sejak itu, sebagian besar akibat tembakan polisi.

Kekerasan di Kashmir turun setelah India dan Pakistan meluncurkan proses perdamaian yang bergerak lambat untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010