Aden, Yaman (ANTARA News/Reuters) - Lima polisi cedera di Yaman selatan ketika seorang penyerang yang naik sepeda-motor melemparkan granat tangan, sementara seorang penyelidik kepolisian senior cedera dalam ledakan bom mobil, kata beberapa pejabat keamanan, Kamis.

Serangan Rabu larut malam terhadap kantor polisi di Jaar, sebuah kota di provinsi Abyan, merupakan yang terakhir dari serangkaian serangan terhadap pasukan keamanan di Yaman selatan sejak Juni. Sebagian besar serangan itu diklaim oleh Al-Qaeda.

Pasukan keamanan melakukan operasi untuk mencari penyerang, kata seorang pejabat keamanan kepada Reuters. Ia menambahkan bahwa pemboman itu terjadi setelah pertempuran di Jaar antara pasukan keamanan dan orang-orang bersenjata yang tidak dikenal.

Kepala satuan penyelidik kriminal kepolisian provinsi Al Dalei dirawat di rumah sakit karena luka-luka yang dideritanya dalam ledakan bom yang dipasang di kendaraannya, namun ia tidak dalam kondisi kritis, kata seorang pejabat keamanan.

Dua polisi lain cedera dalam bentrokan terpisah di Abyan dengan militan yang diyakini anggota Al-Qaeda, kata seorang pejabat, dengan menambahkan bahwa seorang militan juga terluka.

Operasi kelompok Al-Qaeda terhadap pasukan pemerintah di Yaman selatan itu menandai perluasan taktik sayap militan itu, yang bentrok dengan aparat selama beberapa tahun ini namun sebelumnya memusatkan serangan-serangan pada sasaran asing.

Kamis, pasukan keamanan menyatakan bahwa Hazam Majali, seorang militan Al-Qaeda yang dihukum karena mengambil bagian dalam serangan 2002 terhadap kapal minyak berbendera Prancis Limburg di lepas pantai Yaman, dan sejumlah militan lain menyerahkan diri kepada polisi, kata surat kabar kementerian pertahanan 26 September.

Pada 2006, Majali dan 23 militan lain melarikan diri dari sebuah penjara di Sanaa, yang memungkinkan Al-Qaeda membangkitkan lagi sayap regionalnya.

Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010