Jakarta (ANTARA News)- Pemilihan umum Brazil bergeser ke era Internet sejak para kandidat mulai bertempur memperebutkan jumlah suara dan 'klik' dari para pengguna komputer yang semakin bertambah.

Dua pesaing utama yang berusaha merebut kursi yang akan ditinggalkan Presiden Luiz Inacio da Silva telah menjadi pengguna twitter yang akut, berinvestasi di berbagai situs untuk mengumpulkan donasi, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah negeri itu ambil bagian dalam debat calon presiden secara 'online'.

Debat antara calon dari koalisi yang sedang berkuasa, Dilma Rousseff, saingan utamanya Jose Serra, dan Marina Silva dari Partai Hijau itu sejauh ini telah menampilkan perubahan yang tajam cara kampanye dan disiarkan secara langsung via Twitter dan Facebook.

Televisi memang tetap menjadi media yang paling berpengaruh di negara berpenduduk 190 juta jiwa itu tetapi di sisi lain Internet terus tumbuh sebagai media yang penting karena jutaan konsumen setiap tahun masuk ke dalam warga kelas menengah dan mulai membeli komputer pertama mereka.

Dua partai utama yang bertarung di negara Amerika Latin itu berusaha mencontek strategi Obama ketika memenangkan pemilihan Presiden di Amerika Serikat (AS) pada 2008 silam yang meninggalkan cara-cara melalui media konvensional, mengumpulkan pendukung, dan mengumpulkan catatan donasi online.

Jumlah pengguna Internet di negara dengan tingkat ekonomi tertinggi di Amerika Latin itu mencapai 72 juta orang menurut data Bank Dunia, dua kali lipat dari data dua tahun lalu.

Sebuah survey pernah menunjukan kecendrungan pengguna Internet Brazil yang memiliki waktu berselancar di Internet paling lama di banding orang dari negara lain.

"Ini adalah tahap pertama dari hal baru yang sedang berlangsung," kata Joe Rospars, pendiri Blue State Digital yang merencanakan strategi Internet 'game-changing' dan kini dipakai jasanya oleh Rousseff.

"Semakin banyak pemilih yang kritis dan orang makin banyak mengikuti akses ke Internet maka semakin banyak pula yang akan mereka kerjakan dan tuntut dari kampanye-kampanye dan semakin banyak kampanye yang berusaha mencapai mereka," lanjut Rospars.

Perlombaan lewat media YouTube pun telah dimulai dengan postingan 'Dilmaboy' yang kerap dianggap mencontek keberhasilan 'Obama Girl' di AS.

Paulo Reis, seorang mahasiswa yang tampil menari dan bernyani dalam rekaman itu, menyampaikan pesan kepada lawan Rousseff.

"Orang-orang lapar dan ingin makan, maaf Serra, tetapi Anda akan kalah," Reis bernyanyi dalam rekaman itu.

Video seperti itu adalah ungkapan candaan yang jarang bagi pemilih di Brazil, karena TV dan radio secara resmi dilarang mengolok-olok para kandidat saat menjelang pemilu.

Serra, yang juga mantan Gubernur Sao Paulo, telah menggunakan akun Twitter-nya sejak tahun lalu untuk menjalin hubungan langsung dengan pemilih.

Dia berusaha melawan kesannya yang kaku dan menjaga jarak dengan menampilkan dirinya dekat dengan sepak bola serta menyajikan kegiatan hariannya.

Serra setidaknya memiliki 'pengikut' yang lebih banyak di Twitter yakni sejumlah lebih dari 370.000 orang dibanding Rousseff yang hanya 174.000 orang.

Akan tetapi mereka yang skeptis melihat kedekatan warga Brazil dengan jejaring sosial seperti Twitter masih dangkal dan tidak mungkin diterjemahkan menjadi gerakan akar rumput untuk mendukung dua kandidat yang rupanya tidak karismatis dan memiliki latar belakang sama.

Sementara menurut studi Darafolha, hanya tujuh persen pemilih yang memperoleh informasi kampanye dari Internet jika dibandingkan dengan AS yang mencapai sekitar 20 persen.

"Partai-partai masih belajar bagaimana menggunakan media itu jadi masih banyak yang ragu-ragu atas dampaknya," kata Rafael Cortez, analis politik pada lembaga konsultan Tendencias di Sao Paulo.

Meski demikian itu tidak menyurutkan niat Presiden Lula untuk memasang rekaman berisi pesannya di akun Twitter Rousseff, yang meminta dukungan rakyat Brazil untuk menjadikan rekannya itu presiden perempuan pertama di negara itu.

"Setiap pengguna Internet adalah pembuat opini," kata presiden yang tahun lalu telah menandatangani hukum yang mengizinkan kampanye melalui internet.

Seperti di AS, partai-partai di Brazil memang berusaha menggunakan Internet sebagai alat untuk mengorganisasi masa dan mengumpulkan dana, menyasar pemilih yang antusias untuk menyebarkan ajakan kepada dunia untuk mendukung kandidatnya.

"Sekarang hanya mereka yang militan yang terlihat tertarik, tetapi kami kira akan ada banyak orang yang online menjelang hari pemilihan untuk mencari informasi tentang kandidat," papar Danielle Fonteles, direktur Pepper Communications, perusahaan Brazil yang bekerja dengan Blue State Digital mendukung Rousseff.
(Ber/A038/BRT)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010