New York (ANTARA) - Dolar AS memperpanjang penurunan hampir dua bulan terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena suku bunga AS jatuh di tengah alasan-alasan Federal Reserve AS untuk kebijakan moneter yang longgar, meskipun ada tekanan inflasi saat ini.

Pelemahan dolar terjadi ketika imbal hasil obligasi pemerintah AS jatuh ke posisi terendah baru multi-minggu dan kurva imbal hasil mendatar setelah lelang surat utang pemerintah bertenor dua tahun menarik permintaan yang kuat.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan jatuh ke serendah 1,56 persen pada Selasa (25/5/2021) sore.

Suku bunga di banyak negara lain telah naik dalam sebulan terakhir dan membuat mata uang mereka lebih kompetitif terhadap dolar, kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex di New York.

Prospek saat ini adalah agar perbedaan itu terus berlanjut, tambahnya. "Federal Reserve tampaknya berada di belakang beberapa bank sentral lainnya dalam menyesuaikan dan mengkalibrasi ulang kebijakan moneter."

Sejak akhir Maret, dolar telah menurun karena keyakinan bahwa suku bunga AS yang rendah akan mendorong uang tunai ke luar negeri untuk meraih keuntungan sekarang ketika ekonomi-ekonomi lain mulai pulih lebih cepat dari pandemi.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya turun 0,2 persen menjadi 89,646 pada sore hari di New York. Pada pagi hari, indeks sempat jatuh ke 89,533, level terendah sejak 7 Januari.

Euro naik ke level Januari dan terakhir menguat 0,3 persen menjadi 1,2253 dolar AS.

Pada pagi hari, bank-bank milik negara China terlihat berusaha mengekang reli yuan yang membawa yuan dalam negeri menjadi 6,4016 per dolar, terkuat sejak 2018.

Bank-bank besar milik negara China terlihat membeli dolar AS sekitar 6,4 yuan di Asia pada sore dalam sebuah langkah yang dipandang sebagai upaya untuk mendinginkan reli yuan yang dipimpin oleh mitranya di luar negeri.

Pakar strategi mengatakan dolar kemungkinan akan melemah terhadap banyak mata uang sampai pasar melihat data ekonomi dan suku bunga AS yang lebih kuat. Data yang lebih kuat bisa datang pada Jumat (28/5/2021) dengan angka baru pada harga konsumen inti AS untuk April dan survei manajer pembelian.

Komentar dari pejabat-pejabat Fed menekan imbal hasil AS, kata Jeremy Stretch, kepala strategi G10 FX di CIBC. Itu mempertahankan narasi dolar yang lebih lemah.

Komentar dovish dari pejabat Fed berlanjut pada Selasa (25/5/2021) dengan pidato Charles Evans, presiden Federal Reserve Bank of Chicago, mengatakan laporan inflasi baru-baru ini hanya mencerminkan "ledakan penyesuaian tingkat harga relatif pascapandemi."

Dua pejabat Fed lainnya membuat pernyataan serupa pada Senin (24/5/2021).

Pound Inggris, yang telah naik sekitar 2,0 persen terhadap dolar sejak April, terhenti di 1,4149 dolar AS seolah-olah tidak bisa menembus 1,42 dolar AS.

Sterling membutuhkan bukti baru dari kekuatan ekonomi Inggris untuk kembali ke level tertinggi 2021 di 1,4240 dolar AS yang dicapai pada Februari, kata para pedagang dan analis.

Mata uang kriptoy Bitcoin dan Ether turun sekitar 3,0 persen pada sore hari di New York.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021