Jakarta (ANTARA News)- Situs pengumbar dokumen rahasia, Wikileaks, telah menyiarkan sebuah memo milik dinas intelejen Amerika Serikat (AS), Central Intelligence Agency (CIA), yang berhubungan dengan penilaian tentang AS sebagai pengekspor teroris.

Laporan setebal tiga halaman dan bertanda waktu Feburari 2010 itu mengungkapkan peran serta beberapa individu di AS dalam mendukung terorisme. Menurut laporan itu, fenomena seperti itu bukan sesuatu yang baru terjadi di AS.

Memo itu juga menyebutkan beberapa contoh aksi terorisme yang diduga dilakukan oleh warga AS, demikian kutip BBC, Rabu (25/8).

Akan tetapi seorang pejabat CIA menyepelekan laporan yang berasal dari salah satu bagian CIA yang sering disebut 'Red Cell' itu. Ia mengatakan dokumen itu bukan sesuatu yang luar biasa.

Red Cell didirikan setelah terjadinya serang 9/11 untuk memberikan pendekatan yang 'tidak biasa' dan "menghasilkan catatan-catatan yang bertujuan memprovokasi pemikiran dan bukan memberikan penilaian resmi," tulis laman resmi CIA.

"Dokumen-dokumen itu adalah produk yang bersifat analisis, jelas dipastikan berasal dari Red Cell, yang dirancang untuk hanya untuk membangkitkan pemikiran dan menghadirkan cara pandang yang berbeda, " kata George Little, juru bicara CIA.

Laporan yang menyoroti berbagai serangan dari warga AS sendiri atau orang AS yang didanai oleh orang Yahudi, Muslim, dan teroris Irlandia-Amerika itu, mempertanyakan bagaimana persepsi orang luar terhadap AS bisa berubah dan akhirnya berujung pada berlanjutnya serangan.

"Akhir-akhir ini perhatian banyak diarahkan pada meningkatnya jumlah teroris Islam dari orang-orang yang lahir dan besar di Amerika, yang menjadikan AS sebagai sasaran. Sementara sedikit sekali perhatian ditujukan pada teroris dalam negeri, tidak saja teroris Muslim, yang dikirim ke luar negeri untuk menyerang sasaran yang bukan AS," tulis laporan itu.

Laporan yang berjudul 'Bagaimana Jika Orang Luar Melihat Amerika Serikat Sebagai Pengekspor Terorisme?' menyimpulkan bahwa jika AS dinilai sebagai pendukung teroris oleh negara lain maka negara-negara itu tidak lagi mau bekerja sama dengan AS dalam masalah penahanan, pemindahan, dan interogasi tersangka teroris di masa depan.

Pada 23 Juli silam Wikileaks membocorkan 76.000 dokumen rahasia militer AS berisi aksi militer di Afghanistan. Pemerintah AS mengecam tindakan itu sebagai 'tidak bertanggung jawab'.

Wikileaks berencana akan kembali menayangkan 15.000 dokumen begitu selesai melakukan peninjauan ulang yang bertujuan mengurangi risiko terancamnya orang atas dokumen yang diterbitkan.
(Ber/A038/BRT)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010