Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa mengubah jadwal kunjungan ke Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) yang sebelumnya dijadwalkan pada 24-28 Agustus.

"Menlu dijadwalkan berkunjung pada minggu ini, namun kondisi dalam negeri yang sangat dinamis, maka kunjungan tersebut harus dijadwalkan kembali," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah setelah konferensi pers di Kemlu, Jakarta, Jumat.

Ia juga memaparkan bahwa jadwal kunjungan bertubrukan dengan undangan Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi I DPR RI, yang berlangsung Rabu lalu.

"Saat ini sudah kita mintakan kepada Kedutaan Besar Indonesia di Seoul dan Pyongyang untuk mencarikan waktu yang cocok untuk Menlu RI dapat berkunjung," jelasnya.

Faizasyah menjelaskan, kunjungan ke Korea Utara bertujuan untuk membahas masalah bilateral, namun tidak tertutup kemungkinan membahas juga perkembangan yang terjadi di Semenanjung Korea.

"Indonesia, melalui komunikasi diplomatik yang dilakukan, mengharapkan memiliki hubungan yang baik dengan kedua negara hingga dapat memfasilitasi dialog," kata Faizasyah, menjelaskan harapan peran Indonesia di kawasan tersebut.

Sebelumnya, Menlu Korut Pak Ui Chun melakukan kunjungan pertamanya ke Indonesia dalam kapasitasnya sebagai menteri luar negeri pada 1-5 Agustus, untuk menemui sejumlah pejabat termasuk Menlu RI Marty Natalegawa.

Menlu Marty usai bertemu mitranya Ui Chun pada 4 Agustus, mengatakan Korut sepakat untuk menyelesaikan ketegangan di semenanjung Korea secara damai dengan kembali ke meja perundingan enam pihak, asalkan negara-negara yang terlibat, terutama Korea Selatan dan Amerika Serikat, memegang prinsip kesetaraan.

Terkait peran Indonesia, Marty mengatakan, akan terus mengupayakan penyelesaian semenanjung Korea melalui forum perundingan enam pihak (six talks).

"Kita mendorong agar segera kembali ke perundingan enam pihak, meredefinisi dan mengidentifikasi kembali apa yang sebenarnya terjadi, untuk dikomunikasikan dan dicarikan solusi terbaik melalui forum perundingan," katanya.

Perundingan enam pihak dilakukan berkala sejak Agustus 2003 dengan melibatkan Jepang, Korsel, Korut, AS, China, dan Rusia. Namun, perundingan tersebut terhenti sejak beberapa tahun terakhir karena ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea.

Insiden terakhir yang mengakibatkan ketegangan memuncak di wilayah itu adalah tenggelamnya kapal perang yang menewaskan 46 pelaut Korsel pada Maret tahun ini. Pyongyang menyangkal terlibat dalam bentuk apapun dalam peristiwa tenggelamnya kapal Korsel tersebut.
(IFB/B010)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010