Jakarta (ANTARA News) - BUMN pupuk urea terbesar, PT Pupuk Kalimantan Timur, menjamin pasokan pupuk majemuk (NPK) untuk perkebunan kelapa sawit PT Astra Agro Lestari Tbk di Kalimantan dan Sulawesi yang luasnya mencapai 50 ribu hektare lebih.

"Kami memiliki pabrik pupuk NPK fused granuled di Bontang (Kalimantan Timur), yang sesuai dengan kebutuhan PT Astra Agro Lestari Tbk," kata Dirut PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Hidayat Nyakman, di Jakarta, Selasa, usai penandatanganan kerja sama.

Penandatangan kerja sama kedua perusahaan itu masing-masing dilakukan Dirut PKT Hidayat Nyakman dan Wakil Presdir PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL) Tony Hermawan.

Hidayat menjelaskan pihaknya memproduksi pupuk NPK sesuai dengan kebutuhan AAL yaitu "fused granulation" dengan komposisi unsur hara yang juga sesuai dengan permintaan perusahaan perkebunan dalam kelompok usaha Astra tersebut.

"Pupuk NPK Pelangi Maxi untuk AAL juga memiliki micro nutrien yang tinggi, berbeda dengan pupuk NPK Pelangi bersubsidi," katanya.

PKT memiliki pabrik pupuk NPK granule dengan kapasitas 2x100 ribu ton per tahun di Bontang, Kalimantan Timur, yang beroperasi sejak Juli 2010. Pabrik tersebut melengkapi pabrik NPK sebelumnya dengan kapasitas 300 ribu ton.

Hidayat mengatakan ke depan kebutuhan pupuk NPK akan semakin tinggi, mengingat pemerintah juga terus meningkatkan subsidi pupuk NPK dari 400 ribu ton sekitar 2-3 tahun lalu menjadi dua juta ton tahun ini.

Ia memperkirakan dalam 3-4 tahun mendatang, kebutuhan NPK bersubsidi mencapai lebih dari empat juta ton.

Spesifikasi Tertentu

Sementara itu, Wakil Presdir AAL Tony Hermawan K mengatakan pihaknya membutuhkan pupuk NPK granule dengan spesifikasi tertentu sesuai dengan kondisi lahan, di samping untuk memenuhi mekanisasi cara pemupukan yang dilakukan AAL dengan menggunakan traktor "spreader."

"Kami menggunakan pupuk NPK granule agar ketika disebarkan oleh traktor spreader pupuknya tidak nempel. Selain itu, komposisi unsur haranya pun disesuaikan dengan kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas lahan," katanya.

Ia mengatakan, produktivitas lahan perkebunan menjadi sangat penting di tengah lahan yang terbatas. Saat ini rata-rata hasil satu hektare perkebunan kelapa sawit AAL menghasilkan 21 ton tandan buah segar (TBS) per tahun.

Jumlah itu, berada di atas rata-rata produktivitas lahan kelapa sawit di Indonesia yang berada di bawah 20 ton TBS per hektare per tahun. Namun, diakuinya masih di bawah perkebunan di Malaysia yang bisa mencapai di atas 30 ton TBS per hektare per tahun.

"Setiap tahun kami membelanjakan uang sebesar Rp700 miliar untuk pupuk," ujar Tonny. Pupuk tersebut untuk 260 ribu hektare lahan kelapa sawit AAL yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Ia menargetkan dengan jaminan pasokan pupuk NPK dan spesifikasi pupuk yang tepat, produktivitas lahan naik dari rata-rata 21 ton menjadi 25 ton per hektare per tahun.

Tahun ini, AAL memproyeksikan produksi minyak sawit mentah (CPO) sekitar satu juta ton atau sama dengan tahun lalu.

Tonny belum bisa memastikan berapa nilai kontrak pasokan pupuk NPK dari PKT, karena harga pupuk NPK dalam kontrak bersifat terbuka mengikuti harga bahan baku internasional. PKT masih mengimpor bahan baku seperti fosfat dari berbagai negara.

(R016/S004/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010