Menurut kiai asal Cirebon, Jawa Barat, itu, persoalan perbedaan penetapan hari raya tidak perlu dibesar-besarkan, apalagi hal itu bukan hal baru di tanah air.
"Ini masalah kecil. Di antara negara Arab juga seringkali beda. Memang itu antarnegara, tetapi intinya kan sama, perbedaan hari raya," katanya.
Terkait upaya yang pernah ditempuh di antara organisasi Islam di Indonesia untuk mengurangi kemungkinan perbedaan dalam penetapan hari raya, Said mengakui hal itu belum banyak mendapatkan hasil.
"Upaya meminimalisir perbedaan tak semudah itu, karena beda dasar pijakan," katanya.
NU, misalnya, meski memakai juga metode hisab di dalam penyusunan kalender Islam, dalam menetapkan jatuhnya hari raya tetap mengacu pada metode rukyat atau pengamatan secara langsung terhadap bulan.
"Kita juga mengerti hisab. Tapi, mengacu hadits Nabi, masalahnya bukan ada bulan atau tidak, tapi bulannya kelihatan apa tidak. Ini acuan NU," katanya.(*)
(T.S024/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010