Aden (ANTARA News) - Dua polisi tewas dan empat orang yang lain terluka dalan pertempuran Sabtu di Yaman selatan yang bergolak, beberapa jam setelah militer menewaskan sedikitnya seorang gerilyawan.

Dua polisi, kata seorang pejabat setempat dan beberapa saksi, juga termasuk di antara mereka yang terluka.

Pertempuran meletus pada waktu fajar setelah pasukan keamanan membangun sebuah pos pemeriksaan di luar Habilayn, di provinsi Lahij, yang mengadu militer Yaman melawan gerilyawan dari Gerakan Selatan, kata pejabat itu.

Sedikitnya seorang gerilyawan tewas dan dua orang lainnya tertembak dan terluka dalam bentrokan pertama itu, kata beberapa pejabat setempat dan dokter.

Tapi seorang pejabat Gerakan Selatan mengatakan dua anggotanya, yang terkena serpihan senjata, tewas di rumah sakit setelah militer menembak ke tempat yang dikuasai oleh gerilyawan di sebuah gunung yang memandang ke Habilayn.

Pada Jumat, tiga tentara terluka ketika patroli mereka diserang oleh yang diduga sejumlah anggota Gerakan Selatan, kata seorang pejabat lainnya.

Militer membangun pos pemeriksaan itu setelah seorang komandan brigade militer, Jendral Thabet Nasser al-Juhuri, selamat dari dua upaya pembunuhan pekan lalu, kata pejabat tersebut.

Di ibukota provinsi Huta, gerilyawan menyerang markas besar intelijen setempat dengan senjata api dan granat berpeluncur roket pada Jumat malam. Serangan itu menyebabkan kerusakan tapi tidak menimbulkan korban.

Di provinsi Abyan yang berdekatan, sejumlah pria bersenjata telah membunuh seorang polisi dan melukai orang lainnya dalam serangan terhadap satu patroli, Jumat malam, menurut laman Internet berita kementerian pertahanan.

Yaman selatan, tempat banyak warga mengeluhkan diskriminasi oleh pemerintah Sanaa dalam alokasi sumber kekayaan, telah merdeka dari 1967 hingga 1990 ketika negara itu disatukan dengan Yaman Utara. Yaman selatan telah melancarkan upaya pemisahan yang gagal pada 1994.

Gerakan Selatan adalah campuran orang-orang yang ingin Yaman selatan memisahkan diri dari utara dan orang-orang yang mengusahakan otonomi yang lebih besar bagi wilayah itu, demikian AFP.

(S008/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010