Surabaya (ANTARA News) - Seekor buaya muara (chorocus) koleksi Kebun Binatang Surabaya (KBS) ditemukan mati di kandangnya.

Hewan melata tersebut ditemukan sudah dalam keadaan kaku oleh seorang penjaga malam, Selasa dini hari tadi. Diperkirakan, buaya bernama Togok, berukuran sekitar 3 meter itu mati karena usia yang sudah sangat tua.

"Usianya sudah 60 tahun. Sejak sepekan terakhir, saya mendapat laporan dari penjaga hewan, bahwa buaya ini tidak mau makan daging yang sudah disediakan petugas dan memang jarang bergerak," ujar Ketua Tim Pengelola Sementara KBS, Tony Sumampow kepada wartawan di KBS, Jln. Setail, Surabaya, Jawa Timur.

Dijelaskannya, buaya tersebut sudah dikategorikan sebagai satwa yang sudah berusia tua. Secara umum, lanjut Tony, buaya jenis ini memiliki usia terakhir mulai 60 hingga 80 tahun.

"Tapi jarang ada buaya yang bertahan hidup hingga usia maksimal 80 tahun. Biasanya memang pada usia 60-an buaya sudah sakit-sakitan dan tidak kuat bernafas lagi," tutur dia.

Setelah dievakuasi dari kandangnya, buaya tersebut diotopsi di ruang karantina satwa KBS. Ini dilakukan untuk mengetahui penyakit penyebab matinya buaya, caranya yakni dengan melihat isi kandungan perutnya.

"Matinya buaya ini memang karena usia yang sudah tua. Tapi kami tetap mengotopsinya untuk melihat dan memastikan penyebab lainnya, seperti apa yang dimakan dan diminumnya," papar Tony.

Dengan matinya buaya muara ini, kembali bertambah daftar satwa mati di KBS. Awal bulan lalu, beberapa satwa seperti singa, harimau sumatera, primata jenis ungko, kanguru, dan beberapa satwa lain telah mati.

Sedangkan, selama Juni 2010 terdapat kasus kematian hewan secara beruntun. Di antaranya adalah rusa sambar jantan, anak rusa Bawean betina, ikan hias, komodo, babi rusa betina dan anak rusa sambar betina.

Disamping itu, kematian juga terjadi pada dua anak ular phiton, rusa jantan remaja, jalak bali anakan, burung mandar, burung nuri kepala hitam, bekantan jantan, burung mandar, rangkok, kakatua jambul kuning dan bayi rusa.

(ANT-165/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010