Jombang (ANTARA News) - Jemaah Ainul Bahiroh yang tinggal di Desa Keras, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, merayakan Lebaran 1431 Hijriah Kamis, sehari lebih cepat dari yang ditetapkan pemerintah yakni Jumat (10/9).

Salah seorang pengikuti Jemaah Ainul Bahiroh, Sutarman, Kamis mengatakan, meski pemerintah telah menetapkan jika tanggal 1 Syawal jatuh pada hari Jumat (10/9), pihaknya tetap melaksanakan lebaran pada hari ini karena sesuai dengan kayakinan.

"Kami berkeyakinan jika jatuhnya 1 Syawal tersebut adalah hari Kamis (9/9) atau sehari sebelum penetapan yang dilakukan oleh pemerintah," katanya.

Ia mengemukakan, jemaah yang anggotanya ratusan orang ini tadi pagi menggelar shalat Idul Fitri di masjid setempat.

"Saat menentukan 1 Syawal, kami tidak menggunakan hisab dan rukyat seperti yang dilakukan oleh orang lain namun, hanya menggunakan dasar keyakinan serta kemantapan hati," katanya.

Ia menjelaskan, sama halnya dengan jemaah lain yang ada di Kabupaten Jombang dirinya bersama ratusan pengikut lainnya juga melakukan takbir di masjid setempat.

"Kami sengaja tidak melakukan takbir keliling karena takut akan mengganggu kekhusyukan jemaah lain yang merayakan shalat Idul Fitri pada hari Jumat (10/10)," katanya.

Salah satu pengikut Ainul Bahiroh yang lain Sujarwo mengatakan, pada saat penentuan 1 Ramadhan lalu pihaknya juga lebih cepat satu hari dibandingkan dengan pelaksanaan Ramadhan yang dilakukan oleh pemerintah.

"Jika awal Ramadan yang ditetapkan pemerintah jatuh pada 11 Agustus lalu, namun Ainul Bahiroh menentukan awal puasa pada 10 Agustus atau lebih cepat satu hari," katanya.

Karena ada perbedaan penghitungan yang lebih cepat satu hari, maka pada saat lebaran kali ini juga lebih cepat satu hari dibandingkan lebaran yang ditetapkan oleh pemerintah.

Sebenarnya, kata dia, pelaksanaan Iedul Fitri yang berbeda dengan versi pemerintah sudah dilakukan oleh Jamaah ini sudah bertahun-tahun. Yakni, selalu lebih cepat satu hari dengan versi pemerintah.

"Jumlah jamaah kami kalau se Indonesia mencapai ribuan. Yakni, berpusat di Kepanjen, Malang," katanya.

Pelaksanaan lebaran yang lebih cepat satu hari ini juga terjadi di Kabupaten Mojokerto yang dilakukan oleh Jemaah Tarekat Anfusiyah yang ada di Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jatim.

Pengasuh Tarekat Anfusiyah Mojokerto Kiai Nur Hadi, mengatakan, kelompoknya memang melaksanakan lebaran sehari sebelum waktu lebaran yang ditetapkan oleh pemerintah pada hari Jumat (10/9).

"Kami melakukan lebaran pada hari ini karena kami juga melakukan puasa lebih cepat satu hari dibandingkan dengan puasa yang telah ditetapkan oleh pemerintah," katanya.

Ia mengemukakan, perbedaan penetapan awal bulan Syawal atau hari lebaran antara jamaah Tarekat Anfusiyah dengan pemerintah lebih disebabkan oleh perbedaan penentuan awal bulan Ramadhan tahun ini.

"Pada awal bulan puasa lalu, kami lebih cepat satu hari dan hal tersebut juga berpengaruh pada penetapan awal bulan Syawal yang jatuh lebih cepat satu hari," katanya.

Menurutnya, penghitungan awal bulan Syawal tahun ini, sudah dimulai sejak bulan Rajab yang menerangkan jika bulan Rajab berbilang 30 hari dan bulan Sya'ban 29 hari.

(ANT/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010