Medan (ANTARA News) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof Sutomo Kasiman, mengatakan, setiap tahun jutaan penduduk di dunia meninggal akibat menderita penyakit jantung.

"Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setiap tahunnya ada 17,1 juta jiwa penduduk dunia meninggal karena sakit jantung. Bobot terbesar masyarakat dunia adalah berpenghasilan rendah dan 80 persennya meninggal karena jantung," katanya di Medan pada acara Pencanangan Tempat Kerja Sehat dalam Rangka Hari Jantung Sedunia ke-10.

Ia mengatakan, awalnya penyakit jantung bisa dikarenakan penyumbatan lemak di dalam pembuluh darah yang proses terjadinya pada usia dini. Gejalanya dapat dirasakan nyeri di dada, mual muntah, badan lemas, berdebar-debar, dan keringat dingin.

Ia juga menjelaskan faktor risiko penyakit jantung kroner bisa disebabkan berbagai hal seperti hipertensi, kolesterol, merokok, diabetes, kegemukan, kurang olahraga, riwayat keluarga.

Untuk itu, lanjut dia, ada banyak cara untuk mengurangi sakit jantung seperti misalnya memakan makan yang sehat, berolahraga yang aktif dan tidak merokok.

"Batasi minuman beralkohol, ciptakan lingkungan bebas rokok, usahakan tetap olahraga di tempat kerja, dan usahakan bebas dari stres," katanya.

Sebelumnya pada acara yang sama Gubernur Sumatera Utara, Syamsul Arifin, mengimbau masyarakat untuk tidak merokok di lingkungan kerja.

Selain itu, masyarakat juga diimbau untuk lebih ekstra selektif mengonsumsi makanan dan minuman, aktif melakukan gerakan ketika bekerja, rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.

"Serta tetap menjaga tempat kerja yang bersih dan nyaman. Ini tentunya salah satu upaya agar kita tidak terkena penyakit jantung," katanya.

Menurut dia, menghilangkan kebiasaan merokok memang tidak mudah, namun itu harus dilakukan demi terjaganya kesehatan diri sendiri maupun orang lain yang juga turut menghisap asap dari rokok tersebut atau perokok pasif.

"Jangan sampai harus terserang penyakit dahulu baru tersadar. Pencanangan Tempat Kerja Sehat di lingkungan pemerintah dan swasta harus menjadi prioritas, mengingat keberhasilan ini akan menjadi tolak ukur bagi masyarakat," katanya.(*)

(T.KR-JRD/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010