Teheran (ANTARA News/Reuters/AFP) - Iran telah menangkap sejumlah orang yang dituduh mendalangi ledakan yang menewaskan 12 orang di wilayah baratlaut negara itu, kata televisi pemerintah mengutip Menteri Intelijen Heidar Moslehi, Kamis.

Serangan bom pada parade militer di kota Mahabad pada Rabu itu juga mencederai 80 orang.

Pihak berwenang Iran menuduh serangan bom itu dilakukan oleh militan "kontra-revolusi" yang didukung oleh musuh-musuh asing dari pemerintahan ulama, termasuk AS dan Israel.

"Kelompok yang melancarkan serangan teroris ini telah ditangkap... dan diharapkan mereka akan dihukum..." kata Moslehi.

Menteri Iran itu tidak memberikan penjelasan terinci lebih lanjut mengenai mereka yang ditangkap dengan mengatakan, "pemboman itu ditujukan pada persatuan di kalangan Syiah dan Sunni di negara (Iran)".

Pemerintah mengumumkan masa berkabung tiga hari di Mahabad, kota wilayah baratlaut yang berpenduduk etnik Kurdi di provinsi Ajarbaijan Barat.

Iran barat, yang memiliki penduduk Kurdi dalam jumlah besar, dilanda bentrokan-bentrokan mematikan antara pasukan Iran dan kelompok-kelompok gerilya Kurdi, khususnya Partai Hidup Bebas Kurdistan (PJAK) yang beroperasi dari sejumlah pangkalan di negara tetangga, Irak.

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan Rabu itu, yang terjadi ketika Iran sedang memamerkan kekuatan militernya pada parade peringatan perang 1980-1988 dengan Irak yang menewaskan sekitar sejuta orang di kedua pihak.

Rudal-rudal jarak jauh Sejil, Shahab-3 dan Ghadr-1 merupakan bintang perhatian pada parade utama di Teheran, yang disaksikan oleh kepala staf militer Mayor Jendral Hassan Firouzabadi.

Dengan jangkauan 1.800 hingga 2.000 kilometer, rudal-rudal itu secara teoritis mampu mencapai negara musuh sengit Iran, Israel.

Juga ditampilkan pada parade itu adalah lima pesawat pembom tak berawak Iran, Karar (Penyerang), yang diungkapkan keberadaannya pada Agustus dan memiliki daya jangkau 1.000 kilometer.

AS dan Israel menuduh Iran mengupayakan senjata nuklir dan tidak pernah mengesampingkan serangan militer untuk mencegah Teheran memperoleh senjata tersebut. Iran membantah memiliki ambisi semacam itu.

Iran menjadi sorotan dunia karena program nuklirnya yang kontroversial. Negara itu sudah dikenai tiga paket sanksi PBB karena penolakannya untuk menghentikan pengayaan uranium, salah satu dari sejumlah langkah penting untuk membuat energi nuklir bagi kepentingan-kepentingan sipil ataupun militer.

Ketegangan menyangkut program nuklir Iran memuncak setelah mereka menolak perjanjian nuklir yang ditengahi badan atom PBB itu dan juga mengumumkan rencana untuk membangun pabrik pengayaan uranium baru.

AS, Israel dan sejumlah negara Barat menuduh Iran menggunakan program nuklirnya sebagai selubung untuk membuat senjata atom, namun Teheran bersikeras bahwa program nuklirnya hanya untuk kepentingan sipil damai.

Selain program nuklir, negara-negara Barat juga menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan pasca pemilihan presiden tahun lalu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Iran dilanda pergolakan besar setelah pemilihan umum Juni 2009 yang disengketakan itu.

Ratusan reformis ditahan dan diadili dalam penumpasan terhadap oposisi pro-reformasi setelah pemilihan umum presiden itu, yang disusul dengan kerusuhan terbesar dalam kurun waktu 31 tahun.

Dua calon presiden yang kalah, Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi, mantan ketua parlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwa pemilihan Juni itu dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan.

Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Sejumlah pejabat Iran mengatakan bahwa 36 orang tewas selama kerusuhan itu, namun sumber-sumber oposisi menyebutkan jumlah kematian 72. Delapan orang lagi tewas selama protes anti-pemerintah pada 27 Desember, menurut data resmi. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010