Bogota (ANTARA News/Reuters) - Komandan penting pemberontak Kolombia FARC Mono Jojoy telah tewas dalam serangan militer di kampnya di hutan, dalam salah satu pukulan terbesar terhadap pemberontak paling tua di Amerika Latin itu, demikian menurut pemerintah, Kamis.

Pasukan Bersenjata Revolusioner Kolombia, atau FARC, telah kehilangan beberapa komandan pentingnya dalam beberapa tahun belakangan ini ketika militer melancarkan tindakan keras yang didukung Amerika Serikat untuk mengejar para pemimpin pemberontak itu dan mengusir mereka kembali ke hutan dan gunung terpencil.

Serangan itu merupakan kemenangan politik bagi Presiden Juan Manuel Santos, bekas menteri pertahanan yang memegang tampuk pemerintahan di Kolombia pada Agustus lalu. Ia telah berjanji untuk mempertahankan sikap keras terhadap pemberontak itu dan mengurangi lagi kekerasan perang yang telah berusia empat dasawarsa yang sudah mereda di negara itu.

"Simbul terorisme di Kolombia telah tumbang," kata Santos di New York, tempat ia menghadiri sidang Majelis Umum erserikatan Bangsa-Bangsa. "Pada sisa FARC, kami akan mengambil anda, kami tidak akan mengecewakan penjaga kami."

Mono Jojoy, yang sering terlihat mengenakan tanda baret hitam, dianggap sebagai kepala militer penting FARC. Kematiannya itu menyusul kematian pendiri FARC, Manuel Marulanda, pada 2008 dan dua komandan lainnya yang juga tewas tahun itu.

Pemimpin pemberontak itu, dikenal juga sebagai Jorge Briceno, tewas dalam satu serangan udara dan serangan yang melibatkan lebih dari 30 pesawat dan helikopter. Duapuluh pemberonyak lainnya tewas dalam operasi di daerah Macarena itu, salah satu kubu pertahanan terakhir FARC.

Kampnya yang tersembunyi adalah tanah berlubang-lubang dari terowongan dan bunker yang dimaksudkan untuk melindungan pemberontak itu dari serangan udara.

Kematian Mono Jojoy itu terjadi ketika FARC meningkatkan serangannya dalam unjuk kekuatan yang diupayakan pada awal pemerintahan Santos. Tapi kekerasan telah berkurang dampaknya dibanding saat perubahan pemerintah sebelumnya pada masa gemilang FARC, kerika pemberonyak itu membom dan menculik sasaran hampir semaunya.

FARC sekarang pada kondisi terlemahnya dalam beberapa dasawarsa dengan minimnya pembelotan jajarannya. Intelijen militer yang lebhi baik dan mobilitas tentara dengan helikopter telah membatasi komunikasi FARC dan struktur komandonya.

Tapi unit-unitnya masih mampu melakukan serangan yang merusak, dan kerjasamanya meningkat dengan geng-geng kejahatan guna melindungi operasi penyelundupan kokain mereka di daerah-daerah pedesaan tempat kehadiran militer langka.

Kolombia, pernah dianggap sebagai negara yang gagal, telah menyaksikan pemboman-pemboman dan penculikan-penculikan dari perangnya lamanya yang kini menyurut dan investasi asing meningkat lima kali lipat sejak 2002, ketika bekas presiden Alvaro Uribe memulai kampanye sikap kerasnya terhadap pemberontak itu. (S008/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010