Singkawang (ANTARA News) - Dosen Akademi Keperawatan Kota Singkawang Winnellia mengatakan, orang tua perlu mengetahui cara menentukan seorang anak menderita autis atau tidak.

"Terdapat sedikitnya enam gejala untuk menentukannya," kata Winnellia di Singkawang, Jumat.

Gejala itu antara lain tidak ada kontak mata, kesulitan dan gangguan bicara serta komunikasi, gangguan respon emosional, interaksi, sulit diberi pengarahan, mengungkapkan sesuatu, jika berjalan jinjit, gangguan imajinasi dan indra perasa.

Ia menjelaskan, autis adalah keadaan ketidakmampuan dan kesulitan seorang anak untuk berinteraksi sosial, komunikasi, gangguan perilaku dan melakukan aktivitas yang berulang dan tidak bermakna karena terjadi gangguan perkembangan.

"Penyebabnya sampai saat ini masih belum dapat diketahui secara pasti," katanya.

Namun, lanjut dia, ada beberapa ahli mengatakan penyebabnya dapat karena genetik, infeksi rubella, terpapar bahan kimia pada saat hamil.

Ia menambahkan, yang terpenting adalah semakin cepat anak dengan autis mendapat terapi maka proses penyembuhan akan lebih cepat.

Anak autis dinyatakan ada kemajuan menuju perkembangan yang baik jika sudah bersekolah biasa atau umum, dapat diarahkan dan bebas dari gejala-gejala sisa.

Dijelaskan dia, ada sejumlah lembaga terapi dengan berbagai metode untuk penyandang autis. "Terapi dapat dilakukan di rumah," katanya.

Metode itu bersifat sistematik, terstruktur dan terukur. Terapi obat untuk mengatasi masalah perilaku yang tidak terkontrol, terapi diet bahwa anak dengan autis dilarang mengkonsumsi gula, lemak, ragi, terigu, susu, kafein, pengawet makanan, penyedap makanan dan pewarna makanan.

Terapi okufasi untuk latihan motoriknya, terapi wicara diberikan pada anak kesulitan dan gangguan komunikasi. Terapi prilaku adalah terapi yang memperbaiki perilaku dan jika anak berperilaku dapat diarahkan kearah positif diberi pujian.

Beberapa ahli gizi, kata dia, memberi saran, ada sejumlah makanan yang sesuai dikonsumsi para penyandang autisme karena bahan makanan ini terbatas dari gluten dan kasein.

Para penyandang autis didalam tubuh mereka tidak menghasilkan enzim untuk mencerna kedua bahan makanan ini. "Gluten dan kasein sebenarnya termasuk golongan protein dan bagi anak normal sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuhnya," kata dia. (*)
(ANT-169/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010