Madrid (ANTARA News/AFP) - Kelompok bersenjata Basque ETA siap melakukan gencatan senjata permanen dan bisa dibuktikan, kata dua anggota gerakan separatis itu dalam wawancara yang diterbitkan Minggu.

"ETA bersedia mengambil langkah itu dan juga melakukan hal lebih lanjut jika kondisi bagi hal itu terpenuhi," kata anggota-anggota ETA yang tidak disebutkan namanya itu kepada surat kabar Basque pro-kemerdekaan, Gara, yang seringkali menerbitkan pernyataan-pernyataan dari kelompok tersebut.

Anggota-anggota ETA itu mengatakan, penghentian aksi ofensif yang diumumkan sebelumnya oleh kelompok tersebut bersifat jangka panjang, dan mereka ingin melakukan dialog untuk mengakhiri konflik dengan melibatkan partai-partai Basque dan kelompok sipil.

Menurut kedua anggota ETA itu, semua pihak yang terlibat dalam konflik perlu membuat kemudahan-kemudahan untuk memajukan proses perdamaian dan penengahan internasional akan disambut baik.

Pemerintah Spanyol menolak upaya terakhir ETA itu, yang ketiga sejak awal September. Sebelumnya mereka menolak dua upaya kelompok itu, yang dianggap sebagai sebuah organisasi teroris oleh Uni Eropa dan AS.

Satu sumber pemerintah yang dikutip oleh situs berita harian El Mundo mengatakan, "Pernyataan dan wawancara itu cuma buang-buang waktu, yang kami tunggu hanya diakhirinya kekerasan."

ETA pada Sabtu mendapat tekanan dari sayap politiknya, Batasuna, agar mereka menunjukkan kesediaan untuk meninggalkan kekerasan secara permanen.

Batasuna bergabung dengan sejumlah partai lain pro-kemerdekaan untuk menandatangani sebuah perjanjian tentang prakarsa perdamaian di kawasan Basque, dan mereka mendesak ETA menghentikan operasi kekerasan.

ETA mengumumkan penghentian serangan-serangan bersenjata pada 5 September, namun pemerintah Spanyol menolak deklarasi yang tidak mencakup janji perlucutan senjata itu.

ETA menyampaikan pengumuman itu dalam rekaman yang dikirim ke BBC dan harian pro-kemerdekaan Basque, Gara, yang menunjukkan tiga orang dengan topi baret dan tutup kepala kuning yang duduk di sebuah meja yang diapit bendera Basque dan dengan simbol ETA di dinding di belakangnya.

Kelompok yang dituduh bertanggung jawab atas kematian 829 orang itu menyatakan memutuskan beberapa bulan lalu bahwa mereka "tidak akan melancarkan serangan-serangan bersenjata". Sebaliknya, mereka berjanji mengupayakan penyelesaian demokratis.

ETA, yang didaftar sebagai kelompok teroris oleh AS dan Uni Eropa, tidak melancarkan serangan di wilayah Spanyol sejak Agustus 2009, dan pihak berwenang Spanyol dan Prancis telah menangkap banyak pemimpin tinggi mereka.

Pada 19 September ETA juga mengeluarkan deklarasi yang menyerukan penengahan internasional untuk mengatasi masalah Basque.

Pemerintah Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero bereaksi dengan hati-hati, setelah mengambil langkah politik ketika ETA melanggar gencatan senjata terakhirnya pada Desember 2006 dan membom bandara utama Madrid yang menewaskan dua orang.

"ETA harus meninggalkan kekerasan sepenuhnya, selamanya," kata Menteri Dalam Negeri Spanyol Alfredo Perez Rubalcaba.

Pernyataan ETA itu tidak memenuhi tuntutan pemerintah Spanyol dan bahkan sayap politik mereka sendiri, Batasuna, mengenai "penghentian perjuangan bersenjata tanpa syarat dan pasti", kata menteri itu di televisi pemerintah TVE.

Spanyol dan Prancis bekerja erat untuk menumpas ETA, yang bertanggung jawab atas kematian ratusan orang dalam perang gerilya 41 tahun mereka untuk mendirikan negara merdeka Basque di wilayah-wilayah Spanyol utara dan Prancis baratdaya.

ETA, yang beberapa waktu lalu memperingati setengah abad kelahiran mereka, dibentuk pada 31 Juli 1959 oleh sebuah kelompok nasionalis mahasiswa sayap kiri yang menentang kediktatoran sayap kanan Jendral Francisco Franco, yang menindas bahas Basque.

Pasukan keamanan memperkirakan bahwa kelompok separatis itu, yang melemah akibat penangkapan para pemimpin tinggi mereka dan telah lama relatif tidak aktif, berusaha melakukan unjuk kekuatan untuk membuktikan bahwa mereka masih bisa melancarkan serangan terhadap pemerintah Spanyol dan menjaga semangat para pendukungnya.

Meski sebagian besar penduduk Basque tampaknya mendukung kemerdekaan bagi wilayah pegunungan itu, yang sudah memiliki otonomi besar, dukungan bagi kekerasan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini.

Serangan fatal yang dituduhkan pada ETA terjadi pada Juni 2009, ketika sebuah bom mobil menewaskan seorang polisi anti-teroris di kota Bilbao, Basque.

ETA dituduh bertanggung jawab atas kematian lebih dari 800 orang dalam operasi kekerasan mereka selama puluhan tahun untuk kemerdekaan Basque.

Para analis mengatakan, ETA kehilangan dukungan bagi perjuangan mereka melalui kekerasan, namun pengumpulan pendapat umum menunjukkan mayoritas penduduk Basque mungkin masih menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari Spanyol.

Pada April, polisi menangkap tersangka komandan utama ETA Jurdan Martitegi, sehingga jumlah komandan mereka yang ditangkap menjadi empat orang dalam waktu kurang dari setahun. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010