Boyolali (ANTARA News) - Kepala Desa Klakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali Slamet menyatakan, warganya sudah siap mengungsi ke tempat yang aman, jika status Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta itu meningkat.

Ia mengatakan di Selo, Selasa, pihaknya sudah memberikan pengertian kepada warga di wilayahnya mengenai kemungkinan jika status gunung itu meningkat.

Menurut dia, hingga kini status Merapi baru waspada sehingga masyarakat masih beraktivitas seperti biasa.

Pihaknya berkoordinasi dengan pihak Kecamatan Selo sudah melakukan sosialisasi agar warga siap mengungsi jika Gunung Merapi meletus.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga sudah membicarakan kemungkinan besar terjadi seperti erupsi Merapi, dengan menyiapkan akomodasi untuk mengangkut warga mengungsi di tempat aman.

Ia menjelaskan, sejak ditetapkannya status Merapi dari aktif normal menjadi waspada beberapa waktu lalu, warga di lereng Merapi menanggapinya dengan biasa.

Status waspada tersebut, kata dia, mereka menganggap merupakan peningkatan kondisi gunung yang sering terjadi.

Warga baru akan mengungsi jika statusnya sudah siaga atau awas yang bertanda Merapi akan meletus, katanya.

Ia menjelaskan, jalur pengungsian untuk ribuan warga di tiga desa yang masuk ring satu Merapi seperti Klakah, Jrakah, dan Tlogolele di Kecamatan Selo, kini sudah lancar, setelah dibangun jembatan penghubung ke pusat kota Selo.

Jalur evakuasi dengan jembatan penghubung ketiga desa menuju Kota Selo tersebut, kata dia, dibangun pada tahun 2009, sehingga warga sekarang tidak begitu khawatir lagi melakukan evakuasi jika Merapi meletus.

"Warga tidak lagi terhambat mengungsi, jika Merapi meletus," kata Slamet.

Meskipun jalur evakuasi diperuntukkan pelaksanaan pengungsian, tetapi warga juga menggunakan untuk fasilitas umum, di antaranya jalur itu, sebagai akses ekonomi masyarakat di tiga desa tersebut.

Menurut dia, dengan jalur evakuasi tersebut dapat mengurangi beban warga beraktivitas, karena warga di tiga desa tersebut hanya menempuh jarak sekitar setengah kilometer sampai di Kota Selo.

Namun, kata dia, sebelum dibangun jembatan tersebut, warga harus memutar menempuh sekitar lima kilometer sampai di Kota Selo.

Suhartono (40) warga Desa Klakah mengatakan, dengan dibangunnya jembatan untuk evakuasi warga hanya memerlukan waktu seklitar 15 menit sampai di tempat yang aman dan bencana Merapi.

Padahal, warga sebelum ada jalur evakuasi tersebut, mereka harus memutar jalur sekitar lima kilometer dengan jarak tempuh sekitar dua jam.

Menurut dia, pada tahun 2006 saat terjadi erupsi Merapi warga banyak yang dievakuasi ke desa-desa di wilayah Magelang, tetapi warga kini dapat mengungsi ke Kota Selo.

Sementara jalur pendakian ke puncak Merapi melalui pintu Dukuh Plalangan, Desa Lenco, Selo, hingga Selasa, masih ditutup bagi para pendaki oleh Kantor Taman Nasional Gunung Merapi-Merbabu (TNGM) Boyolali.

Menurut anggota Tim SAR Barameru, Desa Lencoh, Selo, Samsuri, imbauan tersebut disampaikan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta melalui Kantor TNGM Boyolali yang dilanjutkan ke Tim SAR Barameru di Selo.

Oleh karena itu, pihaknya mengimbau kepada para pendaki untuk mengurungkan niatnya kegiatan pendakian ke Merapi, karena gunung teraktif di dunia itu, statusnya masih waspada. (B018/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010