Washington (ANTARA News) - Resesi sepertinya telah memukul rakyat Amerika tidak saja langsung hati mereka, tetapi isi dompet sampai-sampai jumlah orang menikah turun drastis, permintaan kupon makan gratis meningkat, dan perbedaan antara si miskin dan si kaya yang semakin menganga.

Resesi panjang secara teknis berakhir pada pertengahan 2009, demikian para ekonom, namun data Sensus AS yang dirilis Rabu lalu mengibaskan dampak yang menyakitkan.

Survey tahunan yang meliputi semua aspek sepanjang tahun lalu, memperlihatkan angka pengangguran yang meroket hingga 10 persen dan tingkat kehilangan pekerjaan yang menaik hingga 9,6 persen.

Data itu juga menunjukkan bahwa kini orang-orang Amerika rata-rata menghabiskan waktu mereka di kantor 26 menit lebih cepat dari sebelumnya, dan tidak lagi terlalu lama terjebak macet dibandingkan sebelumnya.

Tapi sungguh itu bukan berita yang bagus, karena itu malah menunjukkan orang-orang telah kehilangan pekerjaan atau terpaksa bekerja sebagai tenaga paruh waktu.

"Jutaan orang terjebak di rumahnya sendiri karena mereka tak berhasil mendapatkan pekerjaan. Kemiskinan meningkat di sebagian besar negara-negara bagian, dan anak-anak secara khusus terpukul keras (oleh keadaan ini)," kata Mark Mather, Wakil Presiden Population Reference Bureau (BPS-nya Amerika).

Dia melanjutkan, "Indikator-indikator ekonomi menunjukkan kita berada dalam pemulihan, namun dampaknya terhadap keluarga-keluarga dan anak-anak Amerika akan berlangsung bertahun-tahun."

Tunda pernikahan

Di Amerika, pernikahan jatuh ke tingkat terendah pada 2009, dengan hanya 52 persen dewasa berusia 18 tahun dan di atasnya mengatakan mereka akan menikah, padahal tahun 2000 angkanya 57 persen.

Tingkat tidak menikah termasuk 46,3 persen orang muda berusia 25-34 tahun, terutama meningkat drastis di negara-negara bagian Midwest dan Southwest, diantaranya Cleveland, Phoenix, Los Angeles dan Albuquerque, New Mexico.

Ini kali pertama jumlah orang tidak menikah melampaui jumlah orang yang menikah.

Angka pernikahan menurun selama bertahun-tahun karena menigkatnya tingkat perceraian, sebaliknya pasangan tidak menikah namun hidup bersama menjadi lebih banyak, demikian pula prospek lapangan kerja untuk wanit menjadi lebih tinggi dibanding sebelumnya.

Namun para sosiologis mengatakan bahwa orang-orang muda kini juga memilih menangguhkan pernikahan mereka karena harus berjuang mencari pekerjaan dan enggan lagi membuat komitmen jangka panjang dengan pasangannya.

Sebaliknya dari sudut kemakmuran, kaum kaya menjadi semakin kaya, sementara kaum miskin menjadi semakin miskin.

Kian Lebar

Kesenjangan pendapatan antara yang terkaya dengan yang termiskin di Amerika meningkat tahun lalu ke perbedaan yang kian melebar. Kesenjangan yang melebar ini terjadi di tengah perbedaan Demokrat dan Republik mengenai pemotongan pajak untuk kaum kaya yang pernah dipromosikan di era Bush.

Orang-orang Amerika makmur yang jumlahnya 20 persen dari total penduduk karena berpendapatan 100 ribu dolar AS per tahun, menerima 49,4 persen dari total pendapatan keseluruhan orang Amerika.

Bandingkan angka itu dengan 20 persen orang berpenghasilan paling rendah di AS yang hanya mengambil porsi 3,4 persen dari total pendapatan Amerika.

Mereka inilah yang kini masuk dalam jurang kemiskinan.

Rasio orang miskin terhadap orang kaya menjadi 14,5:1, atau meningkat dari tahun 2008 yang rasionnya 13,6:1, atau dua kali lipat dari rasio tahun 1968 yang 7,69:1.

Di puncak piramida tingkat kemakmuran, orang terkaya Amerika yang jumlahnya 5 persen dari total pendapatan AS --mereka berpenghasilan di atas 180 ribu dolar AS per tahun-- semakin bertambah kekayaannya. Sebaliknya keluarga yang berpendapatan sekitar 50 ribu dolar AS setahun menurun.

Tiga negara bagian --New York, Connecticut dan Texas-- dan District of Columbia (daerah khusus ibukota) menjadi negara-negara bagian paling lebar jurang perbedaan antara si miskin dan si kaya.

Kesenjangan terbesar terjadi di kota-kota besar seperti New York, Miami, Los Angeles, Boston dan Atlanta, tempat-tempat yang selama ini dikenal sebagai tempat bidang pekerjaan berupah tertingi dan kebanyakan bergerak di sektor IT, sekaligus juga menjadi tempat tinggal para imigran dan minoritas miskin Amerika.

Sedangkan Alaska, Utah, Wyoming, Idaho dan Hawaii menjadi daerah-daerah yang paling kecil jurang perbedaan kaya dan miskinnya.

Andalkan kupon

"Kesenjangan pendapatan meningkat, dan jika kita pertimbangkan pula data pajak , maka tingkatnya jauh lebih tinggi lagi," kata Timothy Smeeding, profesor yang berspesialisasi dalam kemiskinan dari Universitas Wisconsin-Madison.

"Dibandingkan negara-negara lain, distribusi pendapatan di negara kita sangat tidak meratas di mana kompensasi jatuh ke pihak teratas dalam sistem ekonomi 'yang menang mendapatkan semuanya."

Smeeding juga menyebutkan bahwa orang-orang muda berketerampilan rendah berusia antara 18-34 tahun, semakin bertambah jumlahnya. Mereka akan semakin bermasalah jika tidak mendapatkan pelatihan keterampilan.

Sementara itu jumlah kepemilikan rumah menurun untuk ketiga kalinya dalam tiga tahun berturut-turut, ke tingkat 65,9 persen, setelah sempat mencapai puncak penurunan pada 67,3 persen pada 2006.

Jumlah orang yang mengandalkan kupon makanan pun melonjak dari 2 juta orang tahun lalu, menjadi 11,7 juta orang pada 2009. Ini adalah angka terendah, dan berarti dari tiap 10 keluarga di Amerika, 1 keluarga tergantung kepada pemberian pemerintah.

Dari semua negara bagian, 46 negara bagian dan (daerah khusus ibukota) District of Columbia, jumlah orang yang tergantung pada kupon makanan meningkat drastis, dengan tertinggi terjadi di Nevada, Arizona, Florida dan Wisconsin. (*)

Washington Post/Yudha Pratama/Jafar Sidik

Penerjemah: Yudha Pratama Jaya
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010