Penanaman pola berpikir positif dan pembentukan komitmen diri selanjutnya akan termanifestasikan dalam bentuk perilaku positif, terlepas dari adiksi NAPZA, pulih, bertanggung jawab, mampu melakukan peran sosialnya
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Sosial membantu seorang korban penyalahguna narkotika, psikotropika, zat adiktif dan obat berbahaya lainnya (NAPZA), Adi (37) melepaskan diri dari ketergantungan hingga mengabdi menjadi konselor di Balai Residen Galih Pakuan, Bogor, Jawa Barat.

Pria asal Pekanbaru, Provinsi Riau, yang mengaku mengenal narkoba sejak tahun 2002 itu sempat bolak-balik masuk rehabilitasi hingga menjalani kehidupan di hotel prodeo tahun 2016.

"Pada tanggal 16 November 2016, keluarga membuat keputusan terakhir untuk memasukkan saya ke Balai Rehabilitasi Galih Pakuan di Bogor," kata Adi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.

Layanan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) yang diberikan mulai dari asesmen komprehensif untuk menyiapkan data masalah kebutuhan dan potensi yang ada dalam diri, pendekatan motivasional untuk menanamkan pola pikir kepada Adi bahwa dia perlu pertolongan.

Kemudian, ia juga menjalani terapi kelompok, konseling individual, terapi mental spiritual dan yang tidak kalah penting adalah Therapeutic Community. Terapi-terapi ini berfungsi untuk meningkatkan keberanian berbicara dan terbuka tentang masalahnya.

Konsep terapi kelompok mampu mengubah pola pikir Adi melalui pendekatan dengan menggunakan media kelompok, dalam membentuk sebuah kerangka berpikir bahwa dia mampu untuk bangkit menuju pulih, menata masa depan yang lebih baik. Sedangkan terapi individu berfungsi membentuk cara berpikir agar mampu berperilaku positif.

Ia menambahkan konsep "self help" menjadi kunci penting dalam proses pemulihan. Di setiap sesi terapi, baik pekerja sosial maupun konselor adiksi menekankan pentingnya optimalisasi potensi diri masing masing untuk menolong diri mereka dari kecanduan NAPZA.

Konsep terapi bagi Adi melalui metode pemulihan di balai pada dasarnya mencakup penanaman pola berpikir positif dan pembentukan komitmen diri, sehingga selanjutnya akan termanifestasikan dalam bentuk perilaku positif, terlepas dari adiksi NAPZA, pulih, bertanggung jawab, mampu melakukan peran sosialnya, sehingga dapat membentuk pola interaksi yang baik dengan lingkungannya.

Di akhir tahun 2017, ia dinyatakan selesai rehabilitasi karena hasil perkembangan yang memuaskan. Ia mulai berpikir untuk menjadi seorang konselor. Lalu, resmi menjadi konselor di Balai Residen "Galih Pakuan" Bogor pada tahun 2019 usai dua kali mengikuti rekrutmen dan kini lebih dari 20 penerima manfaat (PM) korban penyalahguna NAPZA yang ia tangani.

"Ada rasa bahagia ketika bisa melihat para PM kembali tersenyum, melihat mereka kembali pada kehangatan dan cinta kasih keluarga," katanya.

Selain bisa bangkit dari keterpurukan dan membantu sesama eks KPN, ia berhasil merekatkan kembali hubungannya dengan keluarga yang sempat berantakan.

Ia berpesan kepada siapa pun, khususnya para generasi muda bangsa agar jangan sekali-kali untuk mencoba dan menggunakan narkoba.

"Narkoba bukan jalan keluar, narkoba menjebak kita dalam masalah yang lebih besar. Tidak hanya merusak fisik, narkoba juga merusak hubungan sosial dan keluarga. Berhenti sekarang atau menyesal kemudian,” demikian Adi.

Baca juga: Kemensos utamakan pendekatan berbasis keluarga tangani korban napza

Baca juga: Kemensos tingkatkan layanan rehabilitasi Napza dengan upaya kreatif

Baca juga: Kemensos kedepankan pengurangan dampak buruk penyalahgunaan napza

Baca juga: Kemensos rehabilitasi 19.000 pecandu napza

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021