Depresi Ekonomi tahun 1929 yang merusak harga komoditas dunia membawa banyak negara Amerika Latin kepada gejolak politik kecuali Uruguay.

Jatuhnya harga timah, daging, dan gandum menyebabkan Presiden Bolivia, Fernando Siles dan Presiden Argentina Hipolito Yriogen menerima pil pahit dikudeta oleh jenderal-jenderalnya.

Di Republik Dominika turunnya harga gula melanggengkan kekuasaan diktator Jenderal Rafael Leodnidas Trujilo.

Sebaliknya di Uruguay, zaman Malaise seakan diacuhkan. Mata rakyat Uruguay sedang dibutakan oleh persiapan menjadi tuan rumah Piala Dunia pertama.

Memenangi cabang sepak bola di dua Olimpiade sebelumnya, Uruguay adalah negara yang paling pantas menjadi tuan rumah Piala Dunia 1930.

Bertempat di Montevideo, ibu kota Uruguay, Piala Dunia perdana itu sedikit mengejutkan para penggemar sepak bola dewasa ini.

Mulai dari empat tim yang berangkat ke Montevideo dalam satu kapal laut, stadion yang belum selesai dibangun, dan pencetak gol bertangan buntung di partai Final yang akhirnya memenangkan Uruguay 4-2 atas negara tetangganya Argentina.

Ketika FIFA didirikan pada 1904 menyatakan organisasi itu satu-satunya yang berhak menyelenggarakan kejuaraan sepak bola internasional dan baru pada tahun 1920-an ide itu mendapatkan dukungan.

Di Olimpiade Paris 1924, sepak bola terbukti populer. Sebanyak 40.000 penonton menyaksikan Uruguay melibas Swiss di partai final dan walaupun asosiasi sepak bola Inggris menolak ikut serta dalam turnamen itu karena sengketa status pemain amatir, itu adalah bukti saatnya telah tiba untuk mengadakan kompetisi sepak bola secara terpisah.

Pada tahun 1927 sebuah komisi FIFA memeriksa kemungkinan untuk untuk turnamen itu menjelang Olimpiade berikutnya di Amsterdam dan Konggres FIFA memutuskan untuk mengadakan turnamen perdana pada tahun 1930. Masalah berikutnya, di mana turnamen itu akan diselenggarakan?

Italia, Belanda, Spanyol, Swedia, dan Uruguay menunjukkan ketertarikannya tetapi hanya Uruguay yang berani membayar semua biaya perjalanan, penginapan, dan membangun stadion baru di tengah kondisi ekonomi yang memprihatinkan.

Kenyataan bahwa Uruguay akan merayakan seabad kemerdekaannya pada 1930 menguatkan keputusan FIFA pada 1929 menjadikan Uruguay tuan rumah Piala Dunia Perdana.

Tantangan berikutnya, mengumpulkan tim peserta. Awalnya hanya tujuh negara dari Benua Amerika yang memastikan ikut serta termasuk Amerika Serikat (AS) dan Meksiko sementara belum ada negara Eropa yang mendaftar.

Dua bulan menjelang turnamen hanya Prancis dan Belgia, dua pendiri FIFA, yang sudah mendaftar ditemani Yugoslavia dan Romania yang sepakat berlayar bersama menuju Montevideo.

Setelah mengundang hampir seluruh tim negara Eropa, hanya empat negara yang memutuskan datang berlayar ke Montevideo. Menggunakan kapal SS Conte Verde tiga tim Eropa selain Yugoslavia, bertolak dari Bacelona, Spanyol pada 22 Juni 1930.

Conte Verde mampir sejenak di Rio de Janeiro untuk menjemput pemain-pemain Brazil sampai akhirnya pada 4 Juli merapat di Montevideo dan empat tim itu disambut oleh 10.000 rakyat Uruguay.

Ditemani sembilan tim dari Benua Amerika seperti tuan rumah Uruguay, Argentina, Brazil, Peru, Chile, Bolivia, AS, Meksiko, dan Paraguay.

Meskipun stadion utama Centenario belum rampung dibangun, turnamen itu tetap dibuka dengan laga antara Prancis melawan Meksiko pada 13 Juli 1930 dan diakhiri oleh partai puncak antara Uruguay dan Argentina pada 30 Juli.

Ulangan partai Final Olimpiade Amsterdam 1928 itu menarik perhatian 30.000 warga Argentina yang menyeberangi perbatasan untuk menyaksikan pertandingan bersejarah tersebut.

Hector Castro, pemain bertangan buntung akibat kecelakaan pada masa kecil, membukukan namanya sebagai salah satu pencetak gol setelah tuan rumah mencukur negara tetangganya itu 4-2.

Para pemain Uruguay berlinang air mata kebahagiaan ketika kapten legendaris mereka, Jose Nasazzi, menjadi orang pertama yang mengangkat tropi Jules Rimet. (*)

Copyright © ANTARA 2010