Rutenburg (ANTARA News) - Polisi Afrika Selatan meningkatkan kekuatan penjagaan untuk mencegah kejahatan dan menangkis hooligans yang berpontensi membuat keributan pada pertandingan Piala Dunia, ketika Inggris bertemu Argentina di lapangan, Sabtu.

Petugas memulangkan seorang suporter Inggris di Bandara Jahannesburg, kata polisi, sesudah 11 warga Argentina yang sama dideportasi setelah diketahui sebagai penghasut kerusuhan pertandingan sepakbola, sebagaimana dikutip dari AFP. 

Sekalipun laporan Argentina menyebutkan bahwa sejumlah hooligans yang menyelinap ke Afrika Selatan, Polisi setempat mengatakan petugas telah mengambil langkah mengurangi resiko terjadinya kerusuhan dalam petandingan tersebut.

"Kami belum benar-benar melihat hooliganisme sebagai resiko yang sangat besar karena semua tindakan sudah kami siapkan dan kerja sama secara baik telah kami lakukan dengan beberapa negara," kata juru bicara kepolisian Sally de Beer.

"Selain itu, Pemerintah Inggris juga telah menyiapkan beberapa langkah di negaranya dan kami merasa cara tersebut sudah apat diandalkan," kata plisi wanita itu.

Argentina telah mencoret 800 suporter yang akan menghadiri pertandingan, sementara Inggris telah meminta 3.200 orang yang dikenal sebagai hooligans menyerahkan paspor mereka selama turnamen berlangsung.

"Kami telah bekerja keras untuk menyakinkan masyarakat untuk memahami secara realistis tentang fans Inggris dalam hari-hari ini. Telah banyak perubahan," kata Andy Holt, Kepala Polisi Inggris saat berangkat menuju Rustenburg.

Polisi dari 27 negara membantu pasukan Afrika Selatan untuk bersiaga penuh mencegah terjadinya keributan. Setiap stadion telah dikunci bagi pengunjung yang bukan benar-benar fans ksebelasan.

Di Rustenburg, petugas sangat ketat melakukan pemeriksaan sekalipun saat Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden saat menyaksikan pertandingan.

Para suporter harus antre hampir satu jam untuk memasuki arena karena harus melalu "metal detectors" dan membiarkan tas mereka digeledah, sementara beberapa helikopter polisi terus mengitari di atas kepala.

Sekalipun penjagaan polisi cukup ketat, suporter Inggris dan Amerika didimasukkan ke dalam tempat yang memmbuat mereka senang, membiarkan mereka tinggal di pemondokan tidak terburu-buru untuk pulang di tengah keramaian sementara sejumlah bar dekat stadion tetap menyuguhkan minuman bir.

Di sekitar Ellis Park Johannesburg, dimana Argentina mengalahkan Nigeria 1-0, polisi dengan menggunakan sepeda motor terus berpatroli di jalan-jalan yang dikenal tempat para gengster dan kerusuhan akibat mnuman keras.

Ellis Park adalah tempat kejayaan untuk Kejuaraan Dunia Rugby Afrika Selatan tahun 1995 ketika Nelson Mandela menyerahkan trofi kepada pemimpin regu Springbok Francois Pienaar.

Sekarang, Ellis Park dikelilingi dengan lingkungan yang menyebabkan kerusakan urban Johannesburg yang sedang berjuang untuk mengembalikannya, namun kini dipenuhi oleh komunitas imigran termasuk banyak dari Nigeria.

Para panitia bernafas lega setelah acara pembukaan Jumat berlangsung tanpa kesulitan besar, hanya komplain terbesar terjadi pada saat kemacetan lalu lintas dan penundaan jadwal keberangkatan kereta api saat 85 ribu suporter hendak menuju Soccer City ubtuk melihat tuan rumah melawan Meksiko.

Juru bicara Piala Dunia Rich Mkhondo mengatakan skema transportasi baru akan dibuka Senin, namun para suporter di Johannesburg mendesak untuk menggunakan transportasi umum menyaksikan pertandingan.

Afika Selatan sama sekali tidak menghiraukan percekcokan masalah lalu lintas, namun tetap merasakan kegembiraannya bermain imbang dengan Meksik0 1-1.

"Suatu kehormatan! Apa yang telah kita bayar kemarin," tulis Harian Star d halapan depan.

"Menghadapi bayangan kerusuhan dan malapetaka, Afrika Selatan membuka upacara pembukaan perhelatan akbar Piala Dunia dan para `Bafana-Bafana` itu mengikuti sejak awal dengan jantung berdegub saat melawan Meksiko," disebutkan dalam tulisan tersebut.

Afrika Selatan telah menjawab semua keraguan tentang kesiapannya menyelenggarakan turnamen yang sudah dicangkan sejak enam tahun lalu itu.

Semua stadion dan proyek besar, seperti jalan raya baru dan jalur-jalur rel kereta telah disiapkan tepat waktu, sekalipun kejahatan masih mengancam. Para jurnalis dan suporter dirampok dengan tondongan senjata api, para perampoknya itu mencuri sejumlah uang di kamar-kamar Tim Yunani.

Tiga orang mendapat hukuman hingga 15 tahun penjara setelah merampok dengan menggunakan senjata api terhadap tiga jurnalis yang sedang meliput acara Portugal, kata polisi, setelah menjadi saksi dalam persidangan yang didirikan khusu untuk mengatasi kejahatan selama Piala Dunia berlangsung.
(F002/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010