Johannesburg (ANTARA News) - Tim nasional Brazil yang ditukangi Carlos Dunga sering gagal meruntuhkan tembok pertahanan lawan yang rapat dan tim misterius Korea Utara adalah mimpi terburuk mereka.

Tim misterius Korea Utara pada laga perdana Grup G di Ellis Park, Selasa, akan menjadi tim Samba.

Brazil ditahan imbang 0-0 pada laga di kandang sendiri melawan Bolivia, Kolumbia dan Venezuela yang memiliki pertahanan ultra ketat di babak kualifikasi.

Tim ini akan menghadapi kekuatan yang serupa saat melawan Korea Utara, finalis yang berada di urutan terendah ke-32.

Hanya sedikit tim yang mempersiapkan diri begitu lama untuk sebuah laga seperti halnya yang dilakukan tim Korut, yang melewatkan lebih dari empat bulan untuk latihan maraton di Sri Lanka, Swiss, Austria, Meksiko dan Venezuela.

Laga persahabatan melawan Venezuela hanya berlangsung 80 menit setelah dua jam terlambat dimulai dan pemain Korea mengeluh cuaca pada jam itu terlalu panas.

Saat itu, barang bawaan tim Korut salah taruh sehingga mereka harus meminjam seragam putih tim Venezuela.

Semua pemain Korut, kecuali tiga pemain, berbasis di klub domestik sehingga pelatih Kim Jong-Hun bebas mengatur persiapan tim tanpa terganggu komitmen klub.

Korut untuk pertama kalinya kembali tampil di arena final Piala Dunia setelah pada perempat final 1966 ditekuk Portugal 5-3.

Menurut pengamatan beberapa pelatih, tim berjuluk Pasukan Chollima ini terkenal ulet, fit dan memiliki orientasi bertahan.

Tim Korea Fit

"Pertahanan mereka bagus sehingga cukup menyulitkan, dan menyerang balik dengan cepat," kata pelatih Paraguay Gerardo Martino setelah timnya dibungkam 1-0 oleh Korut pada tanding persahabatan di Swis bulan lalu.

"Tak ada seorangpun yang membicarakan mereka, tapi tim ini bermain dengan baik dan secara fisik sangat fit. Mereka ada di pemusatan pelatihan selama enam bulan mungkin," tambah pelatih Pantai Gading Sven-Goran Eriksson yang berada di grup yang sama dengan Korut.

"Anda tidak akan melihat mereka kelelahan, bahkan di paruh waktu kedua," kata pria berkebangsaan Swedia tersebut.

Lima kali jawara Piala Dunia, Brazil, di bawah asuhan pelatih Dunga menunjukkan penampilan memesona, termasuk tiga poin kemenangan melawan Argentina dan membabat habis uruguay 4-0 di Montevideo.

Namun tim A Selecao ini tampak lebih nyaman bermain dengan serangan balasan.

"Kami akan bermain melawan tim yang bertahan, yang selalu menyulitkan, dan karena ini adalah laga perdana, kegelisahan itu sangat terasa," kata gelandang Gilberto Silva.

Brazil yang ingin menebus penampilan buruk mereka empat tahun lalu saat dikalahkan Prancis 1-0 di perempatfinal, sangat bergantung pada penampilan Kaka, yang telah menuntaskan laga musim pertamanya dengan Real Madrid.

Program pemanasan tim yang digelar di Zimbabwe dan Tanzania menuai banyak kritik karena kondisi cuaca di kedua negara tersebut sangat berbeda dengan Johannesburg yang dingin dan kering.

"Kami akan berlaga di wilayah bercuaca dingin dan bermain melawan Tanzania dengan udara panas yang tak tertahankan," keluh bek Dani Alves dikutip Reuters.

(Uu.SYS/S022/F005/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010