Wellington (ANTARA News) - Selandia Baru merayakan sukses terbesar sepanjang sejarah sepak bola negeri itu, setelah tim All Whites menahan imbang 1-1 juara dunia Italia.

Dengan dua skor imbang dari dua laga pertama, pendukung dan para ofisial mulai mempertimbangkan tim yang sebelumnya tidak dijagokan masuk putaran kedua ini, dengan satu laga grup tersisa melawan Paraguay, sebagaimana dikutip dari AFP.

Perdana Menteri John Key bahkan langsung terbang ke Afrika Selatan untuk menyaksikan laga di Nelspruit itu.

"Ini sungguh sensasional -- jantung saya terus berdebar selama 30 menit terakhir, sungguh atmosfir yang luar biasa," kata Key kepada Television New Zealand.

"Mereka begitu berani, sungguh luar biasa."

Ketika ditanya apakah kesuksesan terbesar Selandia Baru dalam dunia olah raga itu akan dijadikan hari libur nasional, Key menjawab dengan bercanda, "Itu ide bagus. Saya ingin seluruh negeri merayakannya. Seluruh pelosok negeri akan menari."

Rabu lalu warga Selandia Baru merayakan keberhasilan tim yang berada di peringkat 78 dunia tersebut menahan imbang Slovakia pada laga pertama mereka. Sukses tersebut digambarkan sebagai salah satu keberhasilan terbesar Negeri Kiwi dalam dunia olah raga.

Negara berpenduduk empat juta jiwa itu bukanlah negeri yang asing dengan prestasi olah raga. Namun prestasi tersebut lebih banyak dicatat oleh tim rugby "All Black", bukan sepak bola.

Namun Senin dini hari --laga dimulai pada pukul 02.00 waktu Selandia Baru-- para suporter mendapatkan kebanggaan baru saat tim "All Whites" menahan peringkat ke lima dunia Italia.

Para suporter bahkan menilai tim mereka seharusnya bisa meraih poin lebih baik jika saja pemain Italia Daniele De Rossi tidak melakukan tindakan yang menyebabkannya dihadiahi penalti.

"Kemenangan ini sangat berarti karena kami mampu mengalahkan mereka dengan 11 pemain, sementara mereka punya 12 pemain," kata Liam Kerrisk, merujuk pada wasit yang dinilai memihak Italia, kepada harian New Zealand Herald di stadion Nelspruit.

Harian tersebut membandingkan Selandia Baru yang hanya memiliki 25 orang pemain profesional dengan Italia 3.541 pemain.

"Sebuah negara yang baru bermain empat kali Piala Dunia sebelumnya, dengan negara yang telah memenangi empat titel Piala Dunia. Gila," kata harian tersebut.

Ketua asosiasi sepakbola Selandia Baru Frank van Hattum yang juga kiper timnas pada keikutsertaan pertama di Piala Dunia 1982, mengacungkan jempol bagi penggantinya dalam timnas, Mark Paston.

Duduk bersama Key di stadion, van Hattum mengatakan Paston layak diberi penghargaan atas keberhasilannya menghalau serangan bertubi-tubi Italia di paruh waktu kedua.

"Saya mendekati Perdana Menteri dan mengatakan `Orang ini layak mendapat gelar ksatria` dan ia menjawab `Dia bisa mendapatkan apapun yang diinginkannya saat ini`," katanya kepada Radio New Zealand.

John Adshead --pelatih tim All Whites saat Piala Dunia 1982-- menyejajarkan sukses ini dengan keberhasilan Edmund Hillary, warga Selandia Baru yang mencapai puncak Gunung Everest untuk pertama kalinya bersama Tenzing Norgay pada tahun 1953.

Ia mengatakan, Selandia Baru sejauh ini sudah mematahkan prediksi dan ada kesempatan untuk melakukannya sekali lagi saat melawan Paraguay untuk masuk putaran kedua.

"Paraguay harus mencetak gol melawan kami dan itu sangat, sangat sulit," katanya.

"Bisakah kita mendapatkan sesuatu dari laga melawan Paraguay? Bisakah kita melaju ke level berikutnya yang sulit dipercaya? Saya harus katakan, jawabannya adalah ya," katanya seraya menambahkan ia tidak mengharapkan yang lebih baik dari itu.

Selandia Baru harus mengalahkan Paraguay untuk terus melaju, jika Italia membekuk Slovakia dalam laga final Grup F, kata van Hattum.

"Paraguay baru saja menekuk Slovakia 2-0. Mereka akan menjadi tim yang sangat tangguh. Kami yakin anak-anak itu akan berpikir bagaimana mereka bisa menyelesaikannya."
(S022/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010