Kami mempersembahkan ini untuk Messi yang paling pantas mendapatkannya
Jakarta (ANTARA) - Tatkala Lionel Messi yang sudah rutin menjadi starter untuk Barcelona yang perkasa, melakukan debut internasionalnya pada 2005 sebagai pemain berusia 18 tahun untuk timnas Argentina yang hebat, dia pasti tidak pernah membayangkan akan membutuhkan waktu 16 tahun untuk akhirnya merengkuh trofi bersama negaranya.

Namun peraih Ballon d'Or enam kali itu harus mengalami dahulu banyak kekecewaan, termasuk kalah dalam empat final, sebelum memimpin negaranya meraih kemenangan 1-0 atas seteru abadi Brazil dalam final Copa America di Stadion Maracana nan ikonik di Rio de Janeiro, Sabtu.

Sekalipun melewati karir gemilang yang membuatnya mengantarkan Barcelona empat kali menjuarai Liga Champions, 10 kali juara La Liga dan tujuh kali menjuarai Copa Del Rey, harapan Messi dalam menyamai pencapaian itu semua dengan sukses pada level internasional berulang kali gagal.

Baca juga: Ternyata Messi bermain sambil menahan sakit karena cedera

Sebenarnya dalam final itu dia tampil tak seinspiratif di sepanjang turnamen itu, bahkan tergelincir saat mendapatkan peluang bersih setelah lewat dua menit dari waktu normal dan sudah berhadapan satu lawan satu dengan kiper Brazil Ederson dengan kesempatan menuntaskan laga ini.

Tapi cara rekan-rekan satu timnya melemparkan dia ke udara setelah peluit akhir dibunyikan menunjukkan betapa penting dan dihargainya dia di dalam skuad Argentina.

"Ini impian saya. Ini yang paling saya inginkan di dunia ini," kata penjaga gawang Argentina Emiliano Martinez setelah kemenangan itu.

"Kami mempersembahkan ini untuk Messi yang paling pantas mendapatkannya."

Tiga kali kesempatan sebelumnya pada 2007, 2015 dan 2016 Argentina kalah dalam final Copa. Negara di Amerika Selatan ini juga dikalahkan 0-1 oleh Jerman dalam final Piala Dunia 2014 di Maracana.

Sejarah kali ini tak terulang karena Messi tidak hanya menginspirasi timnya tetapi juga menuntaskan turnamen ini sebagai pencetak gol terbanyak dan assist terbanyak.

Baca juga: Penantian berakhir, Messi akhirnya persembahkan trofi untuk Argentina

Dia dinobatkan sebagai pemain terbaik turnamen ini, di mana Messi menyamai untuk kemudian memecahkan rekor Javier Mascerano sebagai pemain paling sering membela Argentina dengan 147 cap, yang hari ini dia ubah dengan rekor baru 151 cap.

Empat golnya selama kompetisi membuatnya total sudah mencetak 76 gol untuk Argentina, hanya berselisih satu gol dari rekor terbanyak sepanjang masa Amerika Selatan yang dibuat oleh Pele untuk Brazil.

Memenangkan turnamen ini bukan prestasi sederhana bagi Argentina yang dikalahkan oleh Brazil dalam semifinal dua tahun lalu.

Mereka sudah 28 tahun tanpa trofi turnamen besar dan tidak pernah menang di bumi Brazil sejak 1998 dalam pertandingan persahabatan, sedangkan tuan rumah tidak pernah kalah di kandang dalam 2.553 hari terakhir.

Neymar, yang melewatkan sukses Brazil dua tahun lalu karena cedera, juga mengincar gelar turnamen besar pertamanya bersama Selecao.

Penantiannya terus berlanjut tetapi usianya yang 29 tahun, lima tahun lebih muda dari Messi. Dia memainkan Copa yang keenamnya.

Baca juga: Lionel Messi: lawan Brazil dan Neymar akan jadi laga yang sulit

Berikutnya Piala Dunia Qatar

Meskipun dia tak bisa meniru kesuksesan klubnya pada tingkat negara, Messi tidak pernah berhenti berusaha dan selalu memimpin Argentina dengan memberikan teladan.

Dalam turnamen ini Messi menumpahkan darah --pada pergelangan kakinya saat menang menyakitkan atas Kolombia dalam semifinal-- dan keringat untuk menyeret timnya ke pertandingan perebutan gelar.

Pelatih Argentina Lionel Scaloni bahkan mengungkapkan Messi bertanding dalam laga final dengan disergap masalah hamstring.

"Jika warga Argentina mengenal dia seperti kami (para pemain dan staf), mereka pasti semakin mencintai dia dari yang sudah mereka berikan," kata Scaloni.

Baca juga: Kalahkan Brazil 1-0, Argentina juara Copa America 2021

Terlepas dari gol dan assist yang dia buat, Messi menjadi episentrum dari hampir setiap gerakan menyerang yang dibuat Argentina.

Agak mengejutkan ketika Scaloni menyebut Messi sebagai "yang terbesar sepanjang masa."

Setelah memenangkan medali emas Olimpiade bersama tim U-23 Argentina di Beijing pada 2008, dan menjadi juara dunia U-20 bersama negaranya tiga tahun sebelumnya, Messi akhirnya merengkuh gelar senior yang sudah lama dia dambakan.

Dan bersama pencapaian seperti ini, siapa yang tak beranggapan dia bakal memimpin Argentina meraih kejayaan dalam Piala Dunia di Qatar tahun depan, demikian laporan AFP.

Baca juga: Usai kalah di final, pelatih timnas Brazil kritik CONMEBOL

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2021