Yogyakarta (ANTARA News) - Sebanyak 70 keris dari zaman Kerajaan Majapahit dipamerkan oleh Paguyuban Pemerhati Tosan Aji Yogyakarta di Pendopo Rumah Makan Suharti Yogyakarta untuk mengenalkan hasil budaya bangsa pada abad ke-11 kepada masyarakat.

"Seluruh keris yang dipamerkan adalah keris-keris yang merupakan karya awal di tanah Jawa. Keris-keris tersebut dibuat pada abad ke-11 atau sekitar tahun 1.000 hingga 1.100," kata Ketua Umum Paguyuban Pemerhati Tosan Aji Yogyakarta (Mertikarta) Fajar Waskito, di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, pada pembukaan pameran "Keris Majapahit dan Era Sebelumnya", puluhan keris yang dipamerkan itu merupakan koleksi dari anggota Mertikara di seluruh Tanah Air.

"Seluruh keris yang dipamerkan merupakan yang masuk seleksi. Namun, sebenarnya masih banyak keris yang dikoleksi oleh 200 anggota Mertikarta di seluruh Indonesia," katanya.

Kurator pameran Eko Supriono mengatakan zaman Majapahit adalah masa dimana keris-keris hebat banyak diciptakan oleh empu-empu yang juga hebat. Keris Majapahit memiliki ciri khas yang luar biasa.

Menurut dia, ciri khas utama dari keris-keris pada zaman Majapahit adalah warnanya yang hitam legam, atau keling, dan besar. Ciri khas itu menjadi penanda bahwa keris tersebut dibuat pada zaman Majapahit.

"Pada waktu itu, seorang empu bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan hanya untuk membuat sebuah keris. Hal itu disebabkan adanya ritual dan proses pembuatan keris yang memang lama dan tidak mudah," katanya.

Ia mengatakan bahan untuk membuat sebilah keris adalah besi yang bagus seberat 15 kilogram. Besi tersebut kemudian ditempa hingga 4.850 kali untuk mendapatkan besi yang padat.

"Besi yang telah padat itu adalah ketika ditempa tidak ada lagi percikan api. Proses selanjutnya adalah membuat pamor, yakni memberikan ornamen pada keris serta melengkapi bagian-bagian keris yang terdiri dari pucukan, kembang kacang, lambe gajah, gandik, sogokan, gondo, cecak, serta membuat warangka," katanya.

Ia mengatakan dengan adanya pameran yang digelar hingga 3 Oktober 2010 itu, diharapkan ada wacana baru tentang keris yang saat ini mungkin masih banyak dikenal sebagai benda yang mistis.

"Seharusnya keris diapresiasi secara proporsional saja, bukan secara mistis yang bisa membuat manusia terjerumus dalam perbuatan musyrik," katanya.
(B015/M008)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010