Pekanbaru (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Riau mendorong para pemangku kepentingan untuk mengoptimalkan pemanfaatan data keluarga berisiko stunting pada alat/dasbor pemantau terpadu guna mempercepat penurunan stunting di daerah itu.

"Dasbor pemantau terpadu pendampingan keluarga berisiko stunting dikembangkan pemerintah dengan mengkompilasi berbagai data program yang dibutuhkan," kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Riau Mardalena Wati Yulia dalam keterangannya di Pekanbaru, Selasa.

Ia mengatakan dasbor ini berfungsi sebagai alat pemantauan dan evaluasi perkembangan program bagi para pemangku kepentingan di tingkat pusat, provinsi, hingga desa/kelurahan.

Baca juga: BKKBN Riau sasar 389.030 keluarga berisiko stunting

Dengan adanya dasbor, diharapkan pemantauan terpadu ini dapat mendukung penentuan kebijakan pencegahan dan penurunan angka stunting yang berbasis data secara tepat nama, tepat alamat dan tepat sasaran dan tepat waktu.

Di Riau dasbor pemantauan terpadu pendampingan keluarga beresiko stunting ini di sebut "Si Peti Keris" atau Strategi Pemantau Intervensi.

"Kita berupaya mengoptimalkan pemanfaatan dasbor Si Peti Keris itu, apalagi Riau sudah punya data berisiko stunting, tetapi belum terpilah dengan baik, seperti keluarga mana yang sudah mendapatkan bantuan Bapak Asuh Anak Stunting dan lain lain," katanya.

Sedangkan pengguna alat pemantau terpadu/dasbor Si Peti Keris itu telah memuat data-data by name by address ini bisa diambil oleh para pemangku kepentingan dan aparatur sipil negara (ASN) untuk melakukan intervensi dalam berbagai pilihan, terhadap ibu hamil, ibu hamil memiliki balita atau baduta yang beresiko stunting, dan calon pengantin dalam rangkaian pengembangan program Bangga Kencana.

"Untuk menjalankan program Bangga Kencana dan percepatan penurunan stunting diperlukan sinergi dari kita semua, karena semua saling keterkaitan dan syarat untuk naik pangkat bagi ASN adalah capaian kinerja," katanya.

Sementara itu, Riau membutuhkan upaya ini untuk mencapai 14 persen prevalensi stunting sesuai target 2024 yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi. Angka stunting Riau tahun 2022, mencapai 17 persen atau turun 5,3 persen dari 22,3 persen pada tahun 2021.

Widyaiswara Ahli Utama dari LAN RI Brisma Renaldi mengatakan ASN harus berorientasi hasil dan jangan berdiam diri dengan melakukan rutinitas yang monoton.

Baca juga: Riau evaluasi upaya penurunan stunting di wilayah rawan pangan

Baca juga: BKKBN Riau optimistis turunkan stunting menjadi 14 persen pada 2024


Ia mengatakan saat ini Kepala Perwakilan BKKBN Riau memiliki inovasi berupa Dasbor Si Peti keris. Mari semua bergerak menyatukan langkah membangun kapasitas secara tim, yakni Tim Percepatan Penggerak Si Peti Keris.

"Mari kita berubah, jangan bertahan pada zona nyaman. Tantangan, kreativitas dan kerja sama diperlukan agar kita bisa tetap eksis dan tim percepatan penggerak Si Peti Keris harus solid, sebab bekerja sendiri tidak maksimal, coba mulai membiasakan diri bekerja sama dengan tim anda," kata Brisma.

Pewarta: Frislidia
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023