Kediri (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik Kota Kediri, Jawa Timur, mengimbau pemerintah daerah mewaspadai lonjakan harga beras yang kemungkinan naik menjelang libur Natal dan tahun baru.

"Biasanya, Natal dan tahun baru, terjadi lonjakan harga bahan pokok, terutama beras. Untuk itu, kami meminta pemerintah daerah bersiap-siap untuk itu," kata Kepala Seksi Statistik dan Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri Kediri Arief Dwi Purwanto di Kediri, Sabtu.

Pihaknya belum bisa mengetahui Oktober akan terjadi inflasi atau deflasi. Saat ini, pihaknya masih menunggu perkembangan laju inflasi bulan terdekat.

Untuk mengantisipasi terjadi inflasi maupun deflasi, Arief mengaku akan koordinasi dengan tim pengendalian inflasi daerah (TPID) di Kota Kediri. Tim ini akan menindaklanjuti rekomendasi dari BPS untuk persiapan, termasuk mengantisipasi lonjakan harga bahan pokok.

Menyinggung dengan laju inflasi pada September 2010 ini, Arief mengatakan inflasi di Kediri mencapai 0,69 persen lebih tinggi daripada bulan Agustus yang hanya 0,36 persen.

Ia menyebut, inflasi tersebut dipengaruhi terutama pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menyumbang hingga 3,67 persen. Sementara, kelompok lainnya yaitu kesehatan menyumbang 0,04 persen, pendidikan, rekreasi dan olahraga 1,38 persen, dan terakhir kelompok transportasi, komunikasi, serta jasa keuangan menyumbang 2,06 persen.

"Kelompok bahan pokok justru bulan September mengalami deflasi cukup tinggi mencapai 2,15 persen," ujarnya.

Pihaknya mengungkapkan, komoditas yang mengalami kenaikan harga, sehingga menyebabkan terjadinya inflasi antara lain mie goreng, gado-gado, nasi campur, soto, sate, ikan lele, serta tarip angkutan bus antarkota dan tarif angkutan kereta api kelas ekskutif.

Sementara itu, komoditas yang mengalami penurunan harga, sehingga menghambat inflasi antara lain cabai rawit, cabai merah, terong panjang, tomat sayur, kentang, wortel, gula Ppasir, beras hingga telur.

Pihaknya juga mengatakan, terjadinya deflasi untuk kelompok bahan pokok ini dimungkinkan karena kebutuhan masyarakat yang lebih didominasi makanan jadi. Terlebih, September 2010 juga masih bulan Syawal, dimana umat Muslim merayakan lebaran, sehingga kebutuhan makanan jadi cukup tinggi.

Ia juga mengungkapkan hampir semua daerah yang menjadi penimbang laju inflasi di Jawa Timur mengalami inflasi, dan tertinggi terjadi di Sumenep 0,97 persen, disusul Kediri 0,69 persen, Surabaya 0,67 persen, Jember 0,40 persen, Madiun 0,26 persen dan Probolinggo 0,08 persen. Laju teredah terjadi di Malang yang hanya 0,05 persen.

Walaupun inflasi di Kediri cukup tinggi, Arief mengatakan kondisi itu masih normal, karena masih belum mencapai 1 persen.(*)
(ANT-073/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010