Jakarta (ANTARA News) - Dengan duduk di terpal biru yang digelar di rerumputan lapangan sepakbola Universitas Sriwijaya, Palembang, Ahmad Rizal asik memotong botol plastik bekas minuman ringan ukuran dua liter.

Dia juga menggunting infraboard menjadi berbentuk segitiga dan trapesium kemudian menempel-nempelkannya.

Dia dibekali dua botol plastik bekas, infraboard, karton, styrofoam, lilin mainan, double tape, mistar, cutter, spidol, lem, dan nozzle (sambungan).

Setelah dua jam diberi waktu merakit, jadilah dua botol plastik bekas yang dirangkainya itu menjadi benda berbentuk roket, lengkap dengan sayap dan ekor, dan kemudian Rizal pun menunggu giliran menimbangnya.

Rizal bersama 37 peserta lainnya yang tampak sibuk tersebut merupakan para peserta Kompetisi Roket Air Nasional (KRAN) 2010 yang digelar Pusat Peraga Iptek Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) pada Selasa, 5 Oktober 2010.

Mereka berasal dari berbagai SMP di 10 kabupaten/kota dari tujuh provinsi yang sebelumnya merupakan para pemenang kompetisi roket air di daerahnya.

Dengan lilin mainan seberat 110 gram sebagai pemberat agar roket bisa menukik, berat dua botol yang disambung jadi satu, berat sayap dan ekor berbahan infraboard, maka total berat roketnya 220 gram.

Rizal yang berasal dari SMP Negeri 73 Jakarta dan peserta lainnya kemudian menuju tempat peluncuran yang telah disiapkan panitia di tengah lapangan dan bersiap-siap mengisi roketnya dengan air sebagai bahan bakar pendorong roket dengan ketentuan volume 400cc.

Meluncurkan roket
Masing-masing dari mereka kemudian dipanggil untuk meluncurkan roketnya ke arah bendera merah di tengah lapangan yang jaraknya 60 meter dari peluncur.

Roket yang jatuhnya semakin dekat ke bendera merah akan mendapat nilai yang semakin tinggi.

Ketika namanya dipanggil Rizal pun memasang roket rakitannya yang telah berisi air di tempat peluncuran, menyetel sudut 45 derajat, memompakan angin ke roket tersebut melalui kompresor dengan tekanan sebesar 50psi, dan menggeser tombol.

Roketnya kemudian melesat terbang tinggi dan meluncur ke arah bendera merah.

Tapi, roketnya tak sampai masuk ke lingkaran yang dipasang panitia di sekeliling bendera merah. Ia terlihat beberapa kali menelan ludah, karena impiannya mendapatkan Juara I serta berwisata ke Melbourne, Australia untuk mengikuti kompetisi roket air internasional pada November 2010 nyaris sirna.

Di tengah panas terik udara Palembang, para siswa itu tetap bertahan untuk mengikuti bagian kedua dari kompetisi tersebut, ketika para siswa diberi kesempatan kedua alias terakhir meluncurkan roketnya.

Pemenangnya baru diketahui malam harinya setelah sang juri menyampaikan hasil penilaiannya, ternyata mereka adalah Tyas Yolanda, siswa SMPN 7 Palembang sebagai juara pertama, juara kedua Rifki Utomo dari SMP Assyifa, Bandung, dan Luthfan dari SMP Salman Alfarisi, Bandung.

Mereka berhak mendapatkan gelar juara tersebut karena roketnya meluncur dan menukik tepat di dalam lingkaran dan paling dekat dengan bendera merah. Juara I bahkan berhak dikirim ke kompetisi roket air international.

Sementara itu, Deputi bidang Kelembagaan Iptek KRT Prof Dr Benyamin Lakitan di sela Kompetisi Roket Air Nasional 2010 tersebut mengatakan, kompetisi merakit dan meluncurkan roket air itu dipilih untuk merayakan Festival Sains Pelajar 2010 karena sangat menarik bagi siswa dan bisa memicu mereka mencintai sains sejak dini.

"Meskipun jika kita membuka dan melihat bagian dalam roket aslinya rumit dan penuh komponen canggih, ternyata prinsipnya sederhana. Bahkan prinsip sama juga bisa dibuat dengan botol plastik bekas minuman dan air sebagai bahan bakar seperti di KRAN ini," katanya.

Prinsip sama
Bagi yang pernah menyaksikan peluncuran roket buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di Pameungpeuk, Garut, yang terjadi di lapangan sepakbola Universitas Sriwijaya, Palembang, ini sangat tak sebanding.

Selain suaranya yang menggelegar dan mengeluarkan api dan asap tebal saat diluncurkan, roket LAPAN sangat cepat melesat tinggi ke udara dan berdaya jangkau dari mulai puluhan kilometer sampai ratusan kilometer.

Roket LAPAN RX 100 yang berdiameter 115 mm misalnya, memiliki daya jangkau lebih dari 10 km dengan sistem telemetri kecepatan tinggi. Roket RXB 150 berdiameter 150 mm dan panjang 2.687 mm, mampu mencapai tinggi terbang 15,5 km pada sudut peluncuran 60 derajat.

Bahkan roket RX-250 yang berdiameter 240 mm dengan panjang total 4.242 mm mencapai tinggi terbang 27,9 km dan jarak jangkau 51,3km pada sudut peluncuran 70 derajat.

Saat ini LAPAN bahkan akan menguji coba roket RX-550 berdiameter 550 mm dan berdaya jangkau lebih dari 200 km sebagai bagian dari roket pengorbit satelit yang akan diuji terbang pada 2014.

Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan Dr Soewarto Hardhienata saat dikonfirmasi mengatakan, memang roket air mendapatkan daya dorong ke atas dengan bahan air yang dipompakan udara, sementara roket yang sebenarnya menggunakan bahan bakar propelan (Amonium Perchlorate), namun prinsipnya sama.

"Roket air dengan material botol plastik bekas, roket dengan bahan material pralon serta roket yang sebenarnya prinsipnya sama. Kompetisi semacam ini bertujuan memacu anak-anak muda tertarik pada teknologi roket," kata Soewarto.

Teknologi roket, ujarnya, sangat penting bagi suatu negara berdaulat, yang dapat diaplikasikan bagi kepentingan sipil seperti untuk keperluan peluncuran satelit, penginderaan jauh, penelitian atmosfer, pemantauan cuaca, hingga kepentingan militer.

Semangat para peserta untuk mengikuti KRAN 2010 tersebut memang tergolong besar, khususnya para peserta yang berasal dari luar Palembang, Sumatera Selatan, berhubung untuk menghadiri kompetisi yang juga digelar bersama Festival Sains Pelajar 2010 dan Lomba Karya Cipta "Science for All" pada hari sebelumnya itu, para siswa harus mengeluarkan biayai sendiri.

"Ya biaya sendiri. Termasuk transportasi ke sini pulang-pergi dan penginapan di sini. Saya saja gurunya biaya sendiri, tak ada bantuan sekolah," kata Guru Fisika SMPN 73 yang mendampingi Rizal, Mezda Roza di sela kompetisi tersebut.

Ia mengaku ingin melihat kompetisi roket air nasional yang merupakan kelanjutan dari kompetisi roket air di PP Iptek TMII Jakarta beberapa bulan lalu dan menyaksikan muridnya bertarung dalam kompetisi bernuansa sains dan teknologi.
(D009/s018)

Oleh Dewanti Lestari
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010