Damaskus (ANTARA News/AFP) - Duta Besar Irak untuk Suriah memulai lagi tugasnya Minggu setelah perselisihan setahun yang disulut oleh serangan bom mobil yang kata Baghdad direncanakan di Damaskus, kata seorang diplomat Irak.

"Duta besar Irak kembali ke Damaskus kemarin malam dan memulai lagi tugasnya hari ini (Minggu)," kata diplomat yang menolak disebutkan namanya itu.

Alaa Hussein al-Jawadi ditunjuk sebagai duta besar pertama Irak pada Februari 2009 ketika kedua negara tetangga itu membentuk lagi hubungan diplomatik setelah 28 tahun.

Duta Besar Suriah untuk Irak, Nawaf al-Fares, ditunjuk untuk menempati posnya di Baghdad empat bulan sebelumnya.

Utusan-utusan itu ditarik oleh pemerintah mereka masing-masing pada 25 Agustus 2009, enam hari setelah serangan bom truk besar terhadap kementerian-kementerian keuangan dan luar negeri di Baghdad menewaskan 95 orang dan melukai sekitar 600 lain, hari terburuk kekerasan di Irak dalam waktu 18 bulan.

Irak menuduh Suriah menampung dua gerilyawan, Mohammed Yunis al-Ahmed dan Sattam Farhan, yang mengatur serangan-serangan itu, namun Damaskus membantah tuduhan tersebut.

Juru bicara pemerintah Baghdad, Ali al-Dabbagh, mengatakan bulan lalu, permohonan bagi ekstradisi kedua orang itu masih menunggu proses, namun Irak yakin bahwa "hubungan bisa berkembang dengan kemauan baik dari kedua pihak".

Dabbagh menambahkan bahwa Baghdad ingin mendorong hubungan ekonomi dengan Damaskus, setelah kedua pihak sepakat bulan lalu untuk membangun dua pipa saluran minyak yang menghubungkan Irak dengan pelabuhan-pelabuhan Laut Tengah melalui Suriah untuk mengekspor minyak mentah.

Perselisihan diplomatik itu telah mengacaukan upaya-upaya besar sebelumnya untuk memperbaiki hubungan, yang melemah ketika Irak berada di bawah pemerintahan almarhum Saddam Hussein.

Kedua negara itu telah mengadakan perundingan-perundingan yang ditengahi Turki namun gagal, setelah perselisihan tersebut.

Tahun lalu Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki menyatakan bahwa 90 persen "teroris" asing yang memasuki ke Irak melakukan penyusupan itu melalui Suriah.

Hubungan diplomatik antara Suriah dan Irak terputus pada 1980 ketika kedua negara itu diperintah oleh sayap-sayap partai Baath yang bersaing, dan Damaskus mendukung Iran dalam perang dengan Irak yang meletus pada tahun itu. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010