Jakarta (ANTARA News) - Dua scanner (pemindai) tersedia secara komersial yang dimaksudkan untuk digunakan di bandara atau fasilitas publik lainnya, dipercaya dapat mendeteksi orang yang terserang demam, sangat berguna saat wabah penyakit menyerang, para peneliti AS melaporkan, Rabu (13/10).

Scanner ini, memiliki jangkauan 3 sampai 6 kaki, melakukan tugas mendeteksi demam dengan lebih baik daripada orang yang menanyakan "apakah mereka (orang-orang yang lewat) merasa demam?", An Nguyen dari Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan AS bersama rekan-rekannya menemukan.

"Evaluasi kami dengan tiga sistem deteksi infrared thermal di departemen darurat menemukan bahwa FLIR dan OptoTherm mampu mengidentifikasi suhu tubuh yang tinggi," tulis mereka dalam jurnal Emerging Infectious Diseases.

Pembuat gambar Thermal dan kamera inframerah, FLIR Systems Inc, membuat scanner bandara yang disebut ThermoVision A20M; perusahaan swasta OptoTherm Thermal Imaging Systems dan Inframerah Cameras Inc, yang berbasis di Sewickley, Pennsylvania, memproduksi OptoTherm Thermoscreen.

Sistem ketiga, yang dibuat oleh Palmer Instrumentasi Wahl Group yang berbasis di North Carolina, tidak menemukan keakuratan, dan tiga sistem lainnya yang tidak termasuk kriteria pengujian.

Scanner-scanner demam bandara digunakan di beberapa negara selama wabah flu babi H1N1 tahun lalu dan wabah Severe Acute Respiratory Syndrome atau SARS pada 2003 yang menewaskan sekitar 800 orang di seluruh dunia.

Ketika penyakit menyebar cepat, beberapa ahli merekomendasikan screening penumpang penerbangan yang dapat membawa virus ke seluruh dunia dalam beberapa jam.

"Kemajuan transportasi digabungkan dengan pertumbuhan dan pergerakan populasi manusia memungkinkan jalur efisien bagi penyebaran penyakit menular hampir di mana pun di seluruh dunia dalam 24 jam," tim Nguyen menulis.

"Demam merupakan indikator umum dari berbagai penyakit menular, identifikasi demam yang cepat adalah komponen utama dari upaya pemeriksaan."

Orang yang takut akan ditahan mungkin berbohong tentang demam yang dialaminya, para peneliti mencatat.

"Meskipun penggunaan alat itu hanya menemukan bukti terbatas, sistem deteksi termal inframerah semakin sering digunakan untuk mendeteksi demam," Nguyen dan rekan menulis.

Mereka menguji tiga sistem di beberapa ruang gawat darurat dan ditemukan kemampuan deteksi mereka memiliki keakuratan 90 persen.

Dibandingkan dengan 75 persen keakurasian ketika orang menanyakan kepada orang lain yang dicurigainya mengalami demam, demikian Reuters melaporkan.

Penerjemah: Adam Rizallulhaq
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010