Selama ini purun yang tumbuh di lahan gambut hanya diolah menjadi anyaman sederhana seperti tikar, bakul, topi, padahal bisa dikembangkan menjadi produk fesyen yang bernilai ekonomi tinggi, tentunya hal ini perlu proses pendampingan
Barito Kuala (ANTARA) - Eco Fesyen Indonesia (EFI) bersama masyarakat di sejumlah desa di Kecamatan Kuripan, Barito Kuala, Kalimantan Selatan menanam 200.000 bibit purun di lahan milik desa seluas empat hektare.

"Selama ini purun yang tumbuh di lahan gambut hanya diolah menjadi anyaman sederhana seperti tikar, bakul, topi, padahal bisa dikembangkan menjadi produk fesyen yang bernilai ekonomi tinggi, tentunya hal ini perlu proses pendampingan," kata pendiri dan CEO Eco Fesyen Indonesia Merdi Sihombing dalam siaran pers, Sabtu.

Ia menjelaskan, program inkubator ini diharapkan dapat membantu meningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar lahan gambut dan menjadi bagian dari salah satu upaya mitigasi perubahan iklim.

Penguatan kelompok, pengembangan kapasitas bagi perajin purun, serta penyediaan sarana dan pra-sarana produksi kerajinan purun dilakukan di Desa Asia Baru, Desa Jarenang, Desa Kabuau dan Desa Jambu.

Selain itu, EFI juga akan melakukan strategi branding, lewat pembuatan film yang berbicara tentang Sustainable Fashion, dengan latarbelakang budaya masyarakat Dayak Bakumpai, yaitu menganyam purun.

Sri Hidayat dari EFI melalui siaran pers, mengatakan, diperlukan komitmen masyarakat guna melestarikan tumbuhan sekaligus menjaga lahan purun sebagai bagian dari tata ruang desa untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya di ke empat desa tersebut, tentunya sejalan dengan upaya konservasi lahan dan restorasi ekosistem gambut.

Selain itu, pemanfaatan purun sudah menjadi bagian dari tradisi dan kearifan lokal masyarakat yang tinggal di seputar lahan gambut. Budaya memetik dan menganyam purun secara turun temurun telah menjadi salah satu sumber penghasilan rumah tangga.

Dalam mendorong pengembangan usaha purun yang berkelanjutan, sejak 2020 EFI melaksanakan program inkubator Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang didanai oleh pemerintah Norwegia dan dikelola oleh United Nations Office for Project Services (UNOPS).

Kegiatan ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, dan di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Di Kabupaten Barito Kuala di Desa Asia Baru, Desa Jarenang, Desa Kabuau, dan Desa Jambu, Kecamatan Kuripan.

Bupati Barito Kuala, Hj Noormiliyani AS, mengungkapkan harapannya Kabupaten Barito Kuala akan mampu memproduksi berbagai kerajinan purun yang berkualitas dan berkelas, sehingga berdaya saing dan tentunya juga akan bisa membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Ia juga berpesan agar masyarakat tetap terus menjaga kesehatan dan patuh melaksanakan protokol kesehatan.

Baca juga: Mengangkat purun jadi produk fesyen dunia

Baca juga: Kerajinan purun lahan gambut Sumsel dikembangkan Eco Fesyen Indonesia

Baca juga: Perempuan penganyam purun berperan kembangkan desa gambut Pulantani

Baca juga: Berkah dari rawa gambut untuk mereka yang kreatif

 

Pewarta: Imam Hanafi/hasanzainuddin
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021