Aden, Yaman (ANTARA News) - Pesawat Yaman membom kedudukan Al Qaida di Yaman selatan pada Minggu, kata pejabat pemerintah, setelah gerilyawan menyergap iringan tank dan menewaskan empat tentara.

Tiga tersangka anggota sayap kawasan Al Qaida juga tewas dalam bentrok pada Minggu di daerah Mudiyah di provinsi Abyan di pantai laut Arab itu, tempat tentara memerangi pejuang dalam beberapa bulan belakangan, kata pejabat itu kepada kantor berita Inggris Reuters.

Pada Sabtu, bom mobil melukai seorang perwira penting sandi dan pembantunya di Abyan, kata sumber keamanan, dan laman pemerintah menyatakan dua pejuang tewas dalam serangan gagal jibaku dengan mobil atas ronda keamanan di Mudiyah.

Kepala polisi Mudiyah tewas dalam dugaan serangan Al Qaida pada pekan lalu dan gubernur propinsi itu selamat dari upaya pembunuhan.

Yaman berusaha memadamkan cabang Al Qaida, yang bangkit dan meningkatkan serangan terhadap sasaran Barat dan wilayah di negara jazirah Arab itu, tetangga raksasa minyak Arab Saudi.

Negara itu juga mencoba mencapai gencatan senjata dengan pemberontak Syiah untuk mengakhiri perang saudara di utara, yang sesekali berlangsung sejak 2004, dan mengakhiri pemberontakan di selatan.

Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP), sayap Alqaida diduga beranggota warga Yaman dan Saudi, meningkatkan serangan atas sasaran Yaman dan Barat sejak mendaku pemboman gagal atas pesawat Amerika Serikat pada Desember 2009.

Pemerintahan Presiden Ali Abdullah Saleh sejak itu ditekan untuk memburu Al Qaida lebih keras, dengan bantuan Amerika Serikat.

Sesekali serangan peluru kendali Amerika Serikat untuk mendukung tindakan keras itu kadangkala membunuh warga, selain pejuang.

Prancis pada pekan lalu mendesak pasangan dan anak-anak warga negaranya meninggalkan negara itu setelah serangan roket menyasar diplomat Inggris di Sanaa dan kematian seorang Prancis setelah penjaga keamanan perusahaan minyak dan gas Austria melepaskan tembakan.

Presiden Ali Abdullah Saleh pada ahir September menyatakan bertekad memerangi Al Qaida, yang semakin giat di negaranya, dalam pidato menandai peringatan revolusi 1962.

"Kami bertekad perang melawan teror, yang merugikan perekonomian kami, nama baik agama dan negara kami," kata Saleh dalam pidatonya, yang diterbitkan kantor berita negara Saba.

Hari itu menandai ulang tahun revolusi 26 September 1962, yang meruntuhkan keimaman, bentuk hukum ulama, dan memproklamasikan Yaman sebagai republik.

Yaman, tanah air leluhur Osama bin Ladin, mengalami kebangkitan gerakan cabang wilayah jaringannya.

Pejuang keras itu menyatakan bertanggung jawab atas serangkaian serangan maut, termasuk di Loder pada akhir Agustus, ketika tiga hari pertempuran sengit dengan pasukan keamanan menewaskan sedikit-dikitnya 33 orang.

Pengulas kuatir Yaman runtuh akibat perlawanan Syiah di utara, gerakan pembangkangan di selatan dan serangan Al Qaida.

Negara miskin Yaman, yang juga menghadapi peningkatan perlawanan di selatan, ditekan untuk menyelesaikan kemelut dalam negeri guna memusatkan perhatian pada penumpasan sayap Al Qaida, yang bangkit dan ingin menggunakan negara jazirah Arab untuk melancarkan serangan di kawasan tersebut dan sekitarnya.

Kelompok itu memusatkan perhatian pada sasaran berdampak besar berupa sasaran asing, tapi mulai mengincar negara dalam menanggapi peningkatan kerja sama Amerika Serikat-Yaman dalam penumpasan, yang mencakup serangan udara dan darat. (*)

Reuters/B002/Z002

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010