Jakarta (ANTARA News) - Pengamat kepolisian Neta S Pane menuturkan, Kepolisian Republik Indonesia harus mengedepankan pendekatan preventif saat menghadapi demonstran satu tahun kepemimpinan Bambang Susilo Yudhoyono-Boediono, 20 Oktober.

"Kita berharap Polri bersikap hati-hati dan profesional menangani demo 20 Oktober," kata Neta S Pane dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa.

Anggota Indonesia Police Watch (IPW) itu menuturkan pihak kepolisian perlu menjaga citra lembaganya dalam menghadapi massa pengunjuk rasa.

Neta mengingatkan, kepolisian akan menghadapi persoalan besar jika tidak tepat menangani aksi elemen masyarakat itu karena masa transisi kepemimpinan Polri.

"Masa transisi kepemimpinan Polri menjadi pelik jika terjadi hal-hal krusial atau kerusuhan massa dalam aksi demo tersebut," ujarnya.

Neta juga megimbau setiap Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) mencermati dan mengantisipasi wilayah tugasnya dengan ekstra ketat untuk menghindari kerusuhan.

Sementara itu, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Pol Sutarman menyebutkan pihaknya mengerahkan sekitar 19.000 personel dari 30.000 anggota yang ada atau dua per tiga dari kekuatan pasukan Polda Metro Jaya untuk mengamankan aksi pada Rabu (20/10).

Sutarman menyebutkan 10.606 personel mengamankan aksi unjuk rasa di sekitar Bunderan Hotel Indonesia (HI), Istana Negara, Gedung MPR/DPR dan Tugu Tani, serta 9.000 petugas lainnya siaga di Polda Metro Jaya, Markas Brimob dan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK).

Polda Metro Jaya menempatkan satu hingga tiga personel bersenjata laras panjang, namun demikian polisi mengedepankan prosedur tetap tentang pengendalian massa. (*)

T014/s018

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010