Tokyo (ANTARA News) - Jepang dan Vietnam akan melakukan perjanjian untuk pengembangan mineral bumi langka bersama bulan ini, semenjak banyak negara mencari pasokan setelah pengekangan oleh China, menurut laporan pada Jumat.

Perdana Menteri Jepang Naoto Kan dan timpalannya PM Vietnam Nguyen Tan Dung diperkirakan untuk melakukan kesepakatan rencana pengembangan bersama dalam pertemuannya pada 31 Oktober nanti, yang Jepang akan menyediakan teknologi eksplorasi dan peleburan untuk pertambangan di Vietnam, menurut laporan harian bisnis Nikkei, tanpa menyebut narasumbernya.

Laporan tersebut keluar setelah China menghentikan pengiriman mineral bumi langka ke Jepang bulan lalu di tengah memanasnya pertikaian diplomatik yang bermulai saat Tokyo menahan seorang nelayan China di perairan bersengketa Laut China Timur.

Persediaan mineral langka bumi Jepang, yang digunakan untuk memanufaktur produk berteknologi tinggi, dapat habis pada Maret atau April tanpa kiriman impor baru dari China, kata seorang pejabat senior pemerintah Jepang pada Kamis.

China, yang mengendalikan lebih dari 95 persen pasar global, tidak secara resmi melarang ekspor, tetapi kesemua 31 perusahaan Jepang yang menangani mineral bumi langka telah dilaporkan terjadi gangguan pengiriman.

Perusahaan perdagangan Jepang, Toyota Tsusho dan Sojitz, sedang bekerja sama dengan Perusahaan Terbatas Mineral Industri dan Batu Bara Nasional Vietnam (Vinacom) untuk menyiapkan pengembangan tambang mineral langka di Vietnam, menurut laporan tersebut.

Proyek tersebut akan dimulai bila pemimpin kedua negara menandatangani perjanjian kerja sama di Hanoi, lanjutnya.

Perusahaan perdagangan lainnya, Sumitomo, juga telah keluarkan hasil penelitian mengenai potensi pertambangan di Yen Bai, propinsi di utara Vietnam, memperkirakan akan mulai mengekspor ke Jepang secepatnya pada 2013, katanya.

Sejumlah proyek Sumitomo dan aliansi Toyota Tsusho-Sojitz akan menghasilkan 7.000 ton mineral bumi langka per tahun, lebih dari cukup untuk memenuhi 20 persen kebutuhan di Jepang.

Investasi awal untuk kedua proyek tersebut diestimasi sekitar 200 miliar dolar AS, katanya.

Beberapa menteri Jepang telah mengatakan Tokyo akan mencoba untuk mengamankan hak pengembangan pertambangan di luar negeri untuk meragamkan pasokan mineral bumi langka, sementara mencari alternatif untuk mineral-mineral tersebut, yang hampir diproduksi secara eksklusif oleh China.(*)

AFP/KR-IFB/H-AK

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010