Magelang (ANTARA News) - Warga desa di sekitar Gunung Merapi, Minggu malam, mendengar suara gemuruh yang diduga suara guguran material dari puncak gunung yang berada diantara Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu.

"Suara gemuruh berkali-kali terus terdengar hingga saat ini (sekitar pukul 22.00 WIB, red.)," kata Jayus, seorang warga Dusun Tangkil, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu malam.

Ia mengatakan, sebagian besar warga setempat keluar dari rumah masing-masing untuk menyimak suara guguran itu secara lebih saksama sambil berjaga-jaga.

Suara gemuruh itu, katanya, terdengar jelas oleh warga yang tinggal di tepian alur Kali Lamat sejak sekitar pukul 21.30 WIB.

Ia mengatakan, puncak Merapi terlihat secara jelas dari dusun setempat karena langit dalam kondisi yang bersih atau tidak tertutup awan.

"Saya hanya mendengar suara guguran, tetapi tidak melihat gugurannya, kemungkinan ke arah selatan," katanya.

Ia mengatakan, suara gemuruh sejak beberapa hari terakhir terdengar oleh warga setempat. "Namun, malam ini lebih sering. Warga tidak takut tetapi tetap berjaga," katanya.

Petugas Pengamatan Gunung Merapi di Pos Babadan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Yulianto mengatakan benar terjadi guguran material dari puncak gunung berapi setinggi sekitar 2.965 meter dari permukaan air laut yang hingga kini status aktivitas vulkaniknya "siaga" itu.

"Suara guguran itu juga terdengar dari Pos Babadan, arahnya kemungkinan besar ke barat daya," katanya.

Pihaknya terus mencermati dan mencatat setiap perkembangan aktivitas vulkanik Merapi tersebut.

"Sejak kemarin memang terdengar suara guguran itu, agak jarang, tetapi sekarang lebih sering," katanya.

Puncak Merapi yang terlihat dari Pos Babadan sekitar pukul 22.25 WIB, katanya, tertutup kabut.

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menaikkan status aktivitas vulkanik Merapi dari "waspada" ke "siaga" sejak Kamis (21/10) pukul 18.00 WIB. Status Merapi meliputi "aktif normal", "waspada", "siaga", dan "awas".

Fase erupsi Merapi yang terakhir pada pertengahan 2006 antara lain ditandai semburan awan panas, luncuran lava pijar, dan hujan abu secara intensif.

(M029/B015/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010