Surabaya (ANTARA News) - Suara tangisan bayi yang tidak terlalu kencang terdengar lirih di sebuah rumah di dalam Kompleks Perumahan Gunung Sari Indah Blok V/18, Surabaya, Jawa Timur, yang "disulap" sebagai Panti Asuhan.

Suaranya nyaris tak terdengar, tertutup oleh riuhnya teriakan anak-anak yang ada di sekelilingnya. Mereka berlarian dan saling berkejaran dengan wajah yang selalu sumringah dan tak menyiratkan sedikit pun kesusahan.

Mereka adalah anak asuh di Panti Asuhan As-Salam. Tercatat ada 33 anak, 11 di antaranya balita kurang beruntung dirawat yang oleh 14 tenaga pendidiknya. Salah satu balita adalah Aula Walaquwwata, bayi yang suara tangisnya lirih itu.

Bayi berjenis kelamin perempuan itu lahir di dunia ketika usia kandungan ibunya masih enam bulan. Beratnya tidak lebih dari 1 kilogram, atau tepatnya berbobot 9 ons saja.

"Kasihan dia, saat lahir tidak ada orang tua yang mengakuinya sebagai anak. Padahal kondisinya sangat memprihatinkan dan membutuhkan kasih sayang ibunya," ujar Ketua Panti Asuhan As-Salam, Mimin Lestari.

Aula, nama panggilan bayi malang itu. Ia lahir pada Sabtu, 28 Agustus 2010. Mimin "mengambilnya" dari Rumah Sakit Wijaya, setelah mendapat amanat untuk merawatnya hingga tumbuh dewasa kelak.

Di rumah sakit, Aula dirawat khusus selama satu bulan lebih. Ia harus mendapatkan perawatan berbeda dengan bayi lainnya. Perkembangan kesehatannya pun tak sama dengan bayi lainnya.

Diceritakan Mimin, pada akhir bulan lalu, datang seorang pria tak dikenal ke rumahnya. Pria itu hanya mengaku sebagai paman seorang bayi yang lahir prematur, dan saat ini ada di rumah sakit.

"Ia tak menyebut nama dan mengaku pamannya. Dia juga memohon dan minta keponakannya agar dirawat di panti asuhan ini. Makanya saya datang ke rumah sakit dan merawat Aula," tutur wanita bertubuh subur tersebut.

"Ia hanya mengatakan bahwa nama ibu sang bayi adalah Ayu, itu saja. Kemudian pamit pergi dan tak pernah kembali sampai sekarang," tambahnya.

Bayi itu sebelum dirawat di rumah sakit, dilahirkan ibunya di seorang bidan. Tidak disebutkan pasti siapa nama orang tua dan dimana alamat tempat tinggalnya. Karena itu, Mimin mengaku awalnya bingung hingga akhirnya dirawatnya dengan penuh kasih sayang.

Kini, Aula sudah berusia hampir dua bulan. Namun kondisinya masih belum normal sepenuhnya. Sehari-hari, ia sering memejamkan mata dan tertidur pulas. Sebuah ranjang bayi menjadi tempat tidurnya setiap saat. Kadang, beberapa ibu asuh saling bergantian menggendongnya.

Dijelaskan Mimin, nama Aula didapat dari sang suami, Ahmad Fuad, yang juga pemilik panti asuhan. Nama tersebut sengaja disandangkan karena bayi malang itu mampu bertahan dan kuat menghadapi hidupnya.

"Bayi seperti dia sangat jarang kuat dan mampu bertahan. Ini sebuah anugerah dan amanat dari Allah SWT dan kami akan merawatnya dengan sepenuh hati, sama dengan merawat bayi-bayi lainnya," jelasnya.

Dalam merawat bayi, ia pun harus memerhatikannya dengan ekstra hati-hati. Susu yang diminumnya juga harus benar-benar steril dan tidak boleh sembarangan. Cara menggendongnya pun tidak boleh seenaknya.

"Kalau sembarangan, kondisinya akan drop dan sakit. Pernah daya tahan tubuhnya menurun dan mendapat perawatan dokter hingga harus diinfus," ucap wanita yang mendirikan panti asuhan sejak enam tahun lalu itu.

Ia berharap, dalam perkembangannya ke depan, Aula akan menjadi anak yang sama dengan bayi lainnya dan menjadi orang berguna pada dewasa kelak.

"Kami harap Aula tumbuh sehat dan normal hingga besar, menjadi anak yang berbakti dan tidak mengecewakan siapapun," papar Mimin.

Ketika disinggung jika ada orang tua yang mengingkan Aula sebagai anak angkat, Mimin mengaku tak akan memberikannya. Ini karena di panti asuhan itu tak diberlakukan aturan adopsi anak.

"Siapa saja, tidak hanya Aula, semua balita atau anak yang dirawat di Panti Asuhan As-Salam tidak boleh diadopsi. Kami akan merawat semua anak di sini sampai dewasa kelak," tutur dia.


Lima Negara

Keberadaan Aula sebagai "penghuni anyar" Panti Asuhan As-Salam membuat beberapa dermawan terenyuh dan prihatin dengan kondisinya.

Lima relawan asing dari lima negara berbeda memberikan bantuan donasi atau tali asih langsung kepada Aula.

Mereka masing-masing Aneeli Hasim dari Ukraina, Pablo Rodera dari Spanyol, Greeg dari Australia, Sarah Esed dari Amerika Serikat, dan Gabriel Dima dari Rumania.

Sejatinya, kunjungan mereka ke Surabaya sebagai relawan dari IBM, salah satu perusahaan komputer dunia, yang mengunjungi beberapa instansi, antara lain di PKPU, STIE Perbanas dan Kampus ITS.

"Kami mengetahui kabar dari teman-teman relawan Indonesia, khususnya di Surabaya, kalau ada bayi prematur yang beratnya tidak normal, dirawat di sini. Kami prihatin dan sangat senang bisa membantunya," tukas Pablo Rodera.

"Selain itu, kami datang ke Panti Asuhan As-Salam untuk berbagi bersama semuanya. Memahami arti makna hidup dan memiliki rasa saling berbagi inilah yang membuat motivasi kami untuk datang dan memberikan donasi," tuturnya menambahkan.

Pablo juga mengungkapkan, dirinya juga berharap ada orang lain lagi yang turut menyumbangkan donasi atau sekedar berbagi kasih bersama.

"Tidak hanya warga Surabaya saja, tetapi warga di belahan dunia. Sebab informasi kini sangat cepat menyebar kemana saja, termasuk kami yang mengetahui kabar Aula dari dunia maya," terang dia. (ANT-165*C004/K004)

Oleh Oleh Fiqih Arfani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010